Dibaca
25
kali
Rifqi Septian Dewantara, penulis puisi (dok: pribadi)

Terperangkap dalam Mitos, Puisi Rifqi Septian Dewantara

 | Editor : Agu
5 June 2025
Font +
Font -

BALIKPAPAN — Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Karya-karyanya tersebar di berbagai media online.

Buku antologi puisinya berjudul LIKE diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi sekaligus meraih Penghargaan Sastra Penyair Favorit Bali Politika 2024. Berikut ini sejumlah karya puisinya yang menggugah.

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Barangkali Rindu Tak Bisa Kusemai

Baca Juga: Ilustrasi kerakusan (dok: AI)Tangan-tangan Gelap dan Keserakahan yang Menjamur, Puisi Sultan Musa

Rindu adalah hujan yang menjatuhkan ujungnya paling tajam; menusuk kita
Kau pernah taburkan benih agar tumbuh jadi payung, jadi pelindung
Tapi hujan lebih dari amuk dan gelegar guruh
Kita terhempas, dengan lengan-lengan yang tak lagi bertautan


2025

Klandestin

Wahai sang penyendiri
Aku ingin kembali dengan percakapan-percakapan dahuluku

Dunia yang kuciptakan
Ialah setumpak parunan
Yang melintang dan terbuang

Hanya ada kalut yang carut marut
Hanya ada carut yang berpagut lutut

Tersaruk-saruk sebuah cerita
Melangut semu kalbu beliak

Wahai sang penyendiri
Di memoar bahasa ini
Aku trauma dengan kata kabar
Aku jera dengan sifat sabar!

2025

Di antara Bunyi dan Dosa

Kuselami bunyi firman di tubuhku
namun tak kujumpai apa-apa di sana selain kebenaran; apa kau menangkap tubuhku?

Barangkali dosa juga menggunung padaku
dan tak mampu kuhitung
namaku
kebenaranku
bagiku kian masih sebatas mencari warna

(Sepertinya aku tak disukai Tuhan)

2025

Pintu Neraka Yang Tertunda

Sudah hari ke-sembilan aku berdoa
Meminta petunjuk untuk dipertunjukkan

Ya tuhan.. Mau sampai kapan?
Perempuan yang telah lama kukenal
Telah berelegansi di dalam kamar pengantin

Kulihat, ia bersenggama dengan priayi bestir
Mata pun terbelalak melihat drama cinta mereka

Keadaan di sekitar ruang itupun semakin kahar
Kamar-kamar mereka menjadi berusik
Oleh kasur pegas yang sangat berisik
Kelamin wanita itu seolah-olah tercabik-cabik
Mungkin, ulah sodokan listrik

Untung saja novena ku belum terwujud
Kalau terkabul, mereka berdua sudah menuju pintu neraka

2025

Terperangkap Dalam Mitos

Duniaku bongkar-bangkir
ditombak panah kemunafikan!
kerikil-kerikil kaca yang pecah
kupungut bertimpuh darah
menyembah yang tak ingin ditengadah
tiarap yang tak ingin diharap

Duniaku bongkar-bangkir
hangus; mutlak!
seperti kau membariskan bom api
yang disejajar sampai perjanjian awal
meledak dilahap kebohongan

Kini terpaksa kutelan dalam-dalam
di tebing jurang keraguan itu
di carut-marut kebiadaban itu

Harus rela menyerahkan
semua kecaburan, kecentang-perenangan
dan sifat-sifat kebinatangan!

2025

Kini Rifqi bergiat dan berkarya di Kota Balikpapan. Bisa disapa melalui Instagram: @rifqiseptiandewantara.

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >