BALIKPAPAN — Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Karya-karyanya tersebar di berbagai media online.
Buku antologi puisinya berjudul LIKE diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi sekaligus meraih Penghargaan Sastra Penyair Favorit Bali Politika 2024. Berikut ini sejumlah karya puisinya yang menggugah.
Barangkali Rindu Tak Bisa Kusemai
Baca Juga: Tangan-tangan Gelap dan Keserakahan yang Menjamur, Puisi Sultan Musa
Rindu adalah hujan yang menjatuhkan ujungnya paling tajam; menusuk kita
Kau pernah taburkan benih agar tumbuh jadi payung, jadi pelindung
Tapi hujan lebih dari amuk dan gelegar guruh
Kita terhempas, dengan lengan-lengan yang tak lagi bertautan
2025
Klandestin
Wahai sang penyendiri
Aku ingin kembali dengan percakapan-percakapan dahuluku
Dunia yang kuciptakan
Ialah setumpak parunan
Yang melintang dan terbuang
Hanya ada kalut yang carut marut
Hanya ada carut yang berpagut lutut
Tersaruk-saruk sebuah cerita
Melangut semu kalbu beliak
Wahai sang penyendiri
Di memoar bahasa ini
Aku trauma dengan kata kabar
Aku jera dengan sifat sabar!
2025
Di antara Bunyi dan Dosa
Kuselami bunyi firman di tubuhku
namun tak kujumpai apa-apa di sana selain kebenaran; apa kau menangkap tubuhku?
Barangkali dosa juga menggunung padaku
dan tak mampu kuhitung
namaku
kebenaranku
bagiku kian masih sebatas mencari warna
(Sepertinya aku tak disukai Tuhan)
2025
Pintu Neraka Yang Tertunda
Sudah hari ke-sembilan aku berdoa
Meminta petunjuk untuk dipertunjukkan
Ya tuhan.. Mau sampai kapan?
Perempuan yang telah lama kukenal
Telah berelegansi di dalam kamar pengantin
Kulihat, ia bersenggama dengan priayi bestir
Mata pun terbelalak melihat drama cinta mereka
Keadaan di sekitar ruang itupun semakin kahar
Kamar-kamar mereka menjadi berusik
Oleh kasur pegas yang sangat berisik
Kelamin wanita itu seolah-olah tercabik-cabik
Mungkin, ulah sodokan listrik
Untung saja novena ku belum terwujud
Kalau terkabul, mereka berdua sudah menuju pintu neraka
2025
Terperangkap Dalam Mitos
Duniaku bongkar-bangkir
ditombak panah kemunafikan!
kerikil-kerikil kaca yang pecah
kupungut bertimpuh darah
menyembah yang tak ingin ditengadah
tiarap yang tak ingin diharap
Duniaku bongkar-bangkir
hangus; mutlak!
seperti kau membariskan bom api
yang disejajar sampai perjanjian awal
meledak dilahap kebohongan
Kini terpaksa kutelan dalam-dalam
di tebing jurang keraguan itu
di carut-marut kebiadaban itu
Harus rela menyerahkan
semua kecaburan, kecentang-perenangan
dan sifat-sifat kebinatangan!
2025
Kini Rifqi bergiat dan berkarya di Kota Balikpapan. Bisa disapa melalui Instagram: @rifqiseptiandewantara.