Payload Logo
DPRD Kutim
t-362920251125184243012.jpg
Dilihat 705 kali

Ilustrasi kerakusan (dok: AI)

Tangan-tangan Gelap dan Keserakahan yang Menjamur, Puisi Sultan Musa

Penulis: | Editor:
10 Mei 2025

Katakaltim — Kali ini katakaltim.com menyajikan torehan hati dan pikiran yang tidak biasa. Datang dari lubuk terdalam sang penulis.

Dia lah Sultan Musa. Warga asal Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar di berbagai platform media online dan media cetak Nasional maupun Internasional.

Karya-karyanya juga masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional dan Internasional.

Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.

Dan puisinya terpilih di event "Challenge Heart and Art for Change" Collegno Fòl Fest Turin - ITALIA (2024).

Puisinya bahkan berhasil lolos kurasi dan dipamerkan pada event “Kalang Exhibition” gagasan Triaksara Pengairan, Kota Malang (2025).

Berikut puisi Sultan Musa:

TANGAN-TANGAN GELAP & KESERAKAHAN YANG MENJAMUR: KORUPSI

'bukankah hanya sedikit ?' itu katanya

mengambil bukan hak telah membuka

setetes kehancuran terbungkus dosa

bersolek rapi nan tegas

- di balik meja ia telah mencuri

‘bukankah ini kesempatan ?' itu katanya

memilih jalan singkat berlimpah harta

namun tak menengok jelata sekitarnya

tangan gelapnya telah menggunting

janji moral serta amanah

- dalam senyumannya ia telah menipu

‘bukankah ini tak terlihat ?' itu katanya

menabur kebiasaan tanpa rasa malu

tampak tawanya menggema penuh serakah

konon selalu bergerak palsu

merasa pelakon tertinggi kehidupan

- pada sikapnya ia telah menjadi debu

yang nyata....

ia menghitung laba bersama budaya busuk

demi menggapai ambisi

dan tak terbayangkan....

ia menukar nurani bersama sikap tercela

hanya untuk jiwa basi

kenapa tak sudahi saja keserakahan ini ?

LUKISAN TIGA PEREMPUAN

I

Perempuan yang sedang merakit

tubuh lagi, kelak yang dilahirkannya

kuat tanpa harus tumbang oleh badai

teriring mitos belum tentu bisa dipercaya

namun, ranum di setiap musim berlalu

selalu ada yang abadi dari

sepanjang hayat kasihnya

II

Perempuan yang belum selesai

dengan dirinya

meredam ramainya isi kepala

siapakah dia sesungguhnya ?

berkisah memanjakan diri

dibalik mereka yang tak paham

merajut kegelisahan menjadi

lukisan kehidupan

merangkai keseimbangan serupa

pelajaran hayat

…..benar – benar tidak paham

bahwa ketidaktahuan sumber

ketakutan

III

Perempuan pengelana pikiran

tempat dimana menyukai hujan

membuatnya menari dalam keteduhan

bertarung bila hanya gerimis;

karena ia hanya mempercepat kelam

dan berjalan lambat

dibingkainya langit sebagai

catatan musim yang terlipat

....ia hanya terombang - ambing

di antara tetap menikmati

atau pergi menjauh ?

-2024

MENJEJAK KEMBANG (MASIH) BERMEKARAN

: teruntuk Perempuan

sedang kulihat kembang bermekaran

menjemput sejuta impian tanpa lelah

disela melancarkan restu perjalanan

tanpa perlu takutnya jalan nan terjal

pun saling tersenyum

sudah kusaksikan kembang bermekaran

bercerita tentang suatu kehidupan

melukiskan diri sebagai seorang ibu

meski mulanya airmata mengalir

pun saling menumbuhkan

kupeluk syair ini adalah

mengabadikan kasihku atas kembang

ataupun sekedar menorehkan

akan ranumnya wangi kembang ini

sambil berbisik ;

berilah sedikit waktu agar kembang terus

bermekaran, pada lingkaran terdalam

atas nama cahaya jiwa

meski kelak akan layu berpulang dengan

jalan ranum yang berbeda-beda

dan hari ini, bila ada yang melihat tarian kembang sembari bermekaran

sampaikan 'doaku selalu teriring untuknya'

sejauh angin yang tiada penghujung

(maka kusebut mereka perempuan tanpa mendebat sebagai apa dalam kebesaran cinta-Nya, dan mereka tersenyum di sini…..di taman kehidupan tempat kembang beradu mekar)

Demikian puisi beberapa puisi mendalam Sultan Musa. Ingin berdialog dan mengembangkan potensi And di bidang puisi? Ikuti Instagram-nya, @sultanmusa97