Dibaca
19
kali
Ilustrasi bakteri penyakit TBC (dok: kolase/canva/katakaltim)

Hingga Juni 2025 Kasus TBC di Kubar Capai 167 Orang, Dinkes Perkirakan Terus Bertambah

Penulis : Akbar
 | Editor : Agu
21 June 2025
Font +
Font -

KUBAR — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Barat (Kubar) mencatat angka kasus positif tuberkulosis (TBC) masih cukup tinggi.

Hingga pertengahan Juni 2025, sebanyak 167 orang terkonfirmasi positif TBC.

Angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan masif-nya screening yang digalakkan.

Baca Juga: DBD Kutai Barat Meningkat Tahun 2024, Dinkes Lakukan Langkah Preventif

Jumlah tersebut berasal dari 2 sampel yang diperiksa setiap pagi.

Sementara itu, target penjaringan suspect TBC tahun ini naik 10 persen dari tahun sebelumnya.

Paling Banyak di Barong Tongkok

Kepala Dinkes Kubar, Rita Sinaga mengungkapkan, temuan kasus paling banyak di daerah padat penduduk, khususnya Kecamatan Barong Tongkok.

"Sesuai dengan jumlah penduduk yang paling banyak," ujarnya kepada Katakaltim, Jumat 20 Juni 2025.

Deteksi dini TBC di Kubar telah digencarkan sejak 1994.

Proses penjaringan dilakukan dengan mengambil sampel dahak dari warga yang masuk kategori suspect.

"Sudah dari tahun 1994 pada saat projek TB dilaksanakan di PKM Tering yang di gaungkan oleh Rio Tinto. Kemudian, proses penjaringan melalui pasien batuk, pasien DM, gizi buruk, perokok aktif dan kontak serumah dan erat pada pasien TB," jelas Rita.

Berdasarkan data, ucap Rita, dari 10 hingga 15 sampel biasanya 1 orang dilaporkan positif.

Contohnya pada 2024 lalu, dari target awal 3000 orang suspect, justru ditemukan 3.150 suspect.

"Target 3000 terduga dan dapat ditemukan hampir 3.150 terduga yang dijaring," sebutnya.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 600 orang dinyatakan positif TBC.

Ia menegaskan, semakin banyak kasus yang terdeteksi sejak dini, maka semakin fokus pula penanganannya.

"Iya karena bisa diberikan obat tetap bagi kontak, dan cepat di obati apabila terdiagnosis TB," ungkapnya.

Pengobatan Intensif

Rita bilang setiap pasien yang positif langsung ditindaklanjuti dengan pengobatan intensif agar rantai penularan bisa segera diputus.

"Iya langsung diobati," singkatnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.

"Iya di-follow-up di bulan 2, bulan 5 dan akhir pengobatan di bulan 6," cetusnya.

Sebab, katanya, jika pasien berhenti di tengah jalan, bukan hanya berisiko menularkan penyakit, tetapi juga bisa memicu resistensi obat.

"Akan kambuh lagi dan pengobatan akan di ulang dan berisiko MDR atau ressiten obat," ucapnya.

Rutin Pemantauan

Dinkes Kubar berkomitmen meningkatkan cakupan pengobatan dan pemantauan pasien TBC.

Mulai dari layanan jemput bola hingga pemantauan rutin oleh petugas kesehatan.

"Dengan membuat SK penguatan jejaring atau PPM (Private Public Mix) guna melibatkan organisasi profesi dan OPD untuk ikut serta membantu dalam penanganan kasus TB dan aktif dalam hal promosi pencegahan," pintanya.

Olehnya itu, Dinkes menghimbau para penderita TBC agar aktif mengikuti pengobatan hingga sembuh.

Selain itu, pihaknya juga memastikan SDM di setiap pusat kesehatan dan obat-obat tersedia secara gratis.

"Sesuai motto TB yaitu Toss TB temukana obati sampai sembuh," tandasnya. (*)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >