Payload Logo
3-259520251125190009586.jpg
Dilihat 0 kali

Penanggungjawab HIV/AIDS, Dinas Kesehatan Kutai Barat, Yuvensia Donna. (dok: Akbar Razak/katakaltim)

Kasus HIV/AIDS di Kutai Barat Capai 42 Orang, Dinkes Klaim Masih Bisa Bertambah

Penulis: Akbar | Editor: Agu
2 Oktober 2025

KUBAR — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Barat mencatat selama Januari hingga September 2025, kasus HIV/AIDS sebanyak 42 kasus.

Angka tersebut dibilang menurun dari tahun 2024, yang mencapai 75 kasus.

"Sementara ini sampai dengan September 2025 kasus HIV/AIDS ada 42. Kemudian jumlah kasus HIV/AIDS 2024 itu ada 75 odiv baru terdeteksi," kata Penanggungjawab HIV/AIDS, Dinas Kesehatan Kutai Barat, Yuvensia Donna kepada Katakaltim, Rabu (1/10).

Yuvensia Donna menegaskan jumlah kasus saat ini kemungkinan akan meningkat dibanding tahun lalu. Peningkatan kasus tersebut diperkirakan mencapai hingga tiga persen.

"Sepertinya kalau begini akan lebih banyak dari tahun lalu, akan meningkat sekitar 2-3 persen lah karena di September sudah 42, berarti hanya berapa orang lagi, sementara kita ini belum lagi untuk tahap keduanya," tegasnya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya sudah melakukan upaya untuk memutus penularan penyakit tersebut. Salah satunya dengan membentuk 11 klinik PDP yang tersebar di seluruh puskesmas.

"Sejauh ini kami sudah membentuk 10 klinik PDP da 1 Klinik VCT (Di RSUD HIS) sebagai RS rujukan apabila Klinik PDP mendapatkan ODHIV dengan keadaan umum kurang baik bisa dirujuk, jadi untuk memutus mata rantai sepenuhnya terputus itu tidak bisa, tapi kami berusaha untuk membangun sebuah klik yang ada di Puskesmas," katanya.

Klinik tersebut, ungkapnya, bertujuan agar penderita HIV/AIDS bisa segera mendapat penanganan tanpa harus ke rumah sakit.

"Ketika Puskesmas mendapatkan orang yang reaktif R1 (pemeriksaan pertama, red) itu bisa ditangani langsung untuk pemeriksaan R2 dan R3 di puskesmas PDP tanpa harus ke rumah sakit," ungkapnya.

Pasalnya, ketika penderita HIV ingin berobat ke rumah sakit mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh.

"Karena kalau sampai ke rumah sakit rata-rata memang lokasi kita berjauhan, jadi kita membentuk 11 klinik perawatan dukungan dan pengobatan pasien HIV," tandasnya. (*)