BERAU — Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Korps HMI Wati (Kohati) Cabang Berau resmi dilantik pada malam peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, Minggu (17/8/25).
Pelantikan berlangsung di Aula Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), pengurus baru periode 2025–2026 ini siap melanjutkan estafet kepemimpinan organisasi.
Pelantikan ini mempertegas peran HMI sebagai wadah kaderisasi sekaligus mesin penggerak ide-ide kebangsaan di Bumi Batiwakkal.
Asisten I Bidang Pemerintahan Setkab Berau, M. Hendratno, menilai organisasi ini telah menjadi teman atau mitra pemerintah.
“HMI hadir untuk terus menjadi mitra bagi Pemerintah Kabupaten Berau. Kehadiran organisasi ini memberi kontribusi terhadap pembangunan mental mahasiswa, termasuk aktif dalam kegiatan yang bermanfaat di tengah masyarakat,” tutur Hendratno.
Ia juga mengingatkan pengurus tetap berpegang teguh pada aturan organisasi, serta memberi solusi terhadap berbagai problem kebangsaan, khususnya di daerah.
“Kami harap pengurus baru dilantik mematuhi AD/ART organisasi dan menjalankan langkah-langkah penting,” tegasnya.
Sementara itu, Presidium Korps Alumni HMI (KAHMI) Kabupaten Berau, Didi Rahmadi, menyampaikan sangat penting membangun sikap kritis dalam pembangunan.
Menurutnya, hubungan baik dengan pemerintah tidak boleh menghilangkan fungsi kontrol mahasiswa. Kritis tetap harus digalakkan.
“Kolaborasi memang penting agar ke depan HMI bisa terus memberikan ide dan gagasan untuk kemajuan Kabupaten Berau. HMI pun akan tetap menjadi penyeimbang melalui kritik-kritik membangun bagi Pemkab,” jelas Didi.
Ia menambahkan, kritik yang disampaikan harus selalu objektif. HMI tidak akan tetap melayangkan kritik selama pembangunan di Berau.
"Semoga berjalan dengan baik,” singkatnya.
Di samping itu, Ketua HMI Cabang Berau yang baru saja dilantik, Ayatullah Khomeiniy, menegaskan pemilihan waktu pelantikan yang bertepatan dengan malam 17 Agustus punya makna mendalam.
Pihaknya, memilih malam ini lantaran pada tanggal yang sama, naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Malik, serta terjadi pergolakan pemikiran antara kaum tua dan kaum muda melalui peristiwa Rengasdengklok.
"Dari sejarah itu, kami mengangkat tagline kolaborasi sebagai bentuk penyatuan antara kaum muda dan kaum tua, sebagaimana langkah yang diambil Presiden pertama RI, Soekarno,” jelasnya.
Ayatullah berharap, semangat baru ini dapat menjadikan HMI dan Kohati Berau lebih aktif, bukan saja sebagai ruang kaderisasi, tetapi kekuatan pemuda yang memberi kontribusi konkret bagi kemajuan daerah. (*)













