Bontang — Adalah Bontang, wilayah dengan peringkat 1 Indeks Pembangunan Literasi Manusia (IPLM)-nya.
Lalu, bagaimana cara mendongkrak IPLM di suatu daerah? Tentu saja tidak mudah.
Baca Juga: DPK Kota Bontang Gelar Berbagai Item Lomba, Retno Harap Solidaritas Semakin Meningkat
Kepala DPK Bontang, Retno Febriaryanti, mengatakan ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan. Salah satunya pemerataan layanan perpustakaan.
Baca Juga: Bontang Raih Peringkat Satu Pembangunan Literasi se-Kaltim, Basri Rase: Siapa Dulu Dong
“Pemerataan layanan artinya, seyogyanya di tiap sudut atau paling tidak di kelurahan ada layanan. Ada fisik, gedung, atau ruangannya. Tidak harus megah. Terus ada petugasnya,” ucap Retno saat ditemui katakaltim.com Kamis (20/6).
Lalu ketercukupan koleksi buku. Salah satu yang dilakulan DPK yaitu distribusi buku ke beberapa tempat, baik perpustakaan kelurahan atau pun sekolah.
Lalu, jumlah kunjungan masyarakat. Retno menyebutkan tips bagaimana perpustakaan dikunjungi dengan membuatnya lebih nyaman dan punya daya tarik.
“Ya harus dibuat secantik mungkin, seindah mungkin, sehingga menyenangkan. Kalau kotor ya orang nggak akan datang. Minimal mereka nyaman dulu. Termasuk ramahnya petugas, responsip dan sebagainya,” katanya.
Selanjutnya standar nasional perpustakaan atau SNP. “Itulah kenapa kami dorong perpustakaan sekolah maupun kelurahan agar ber-SNP. Kan ada akreditasinya. Terkait kebersihan, pelayanan, kenyamanan dan sebaginya, itu semua akan dinilai.”
Kata dia, salah satu upayanya membuat perpustakaan lebih nyaman yaitu melakukan perlombaan.
“Mereka bisa menyiapkan perpustakaan lebih nyaman dan itu juga bisa membuat mereka termotivasi jika ada perlombaan,” ucapnya.
Kemudian, kata Retno, ada keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi perpustakaan.
“Nah ada beberapa yang kami bentuk seperti duta baca, forum penulis Kota Bontang, terus kampung dongeng dan sebagainya,” tutur dia.
Ini juga membantu menggerakkan masyarakat dalam meningkatkan literasi.
“Termasuk lomba yang diadakan. Supaya agak menyatu dengan ruhnya perpustakaan,” ucap Retno.
Saat ini digalakkan pihaknya adalah transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Di mana perpustakaan hadir menyiapkan wadah pengenbangan skill masyarakat melalui pelatihan-pelatihan praktis.
“Ini bisa juga meningkatkan ekonomi masyarakat. Dengan begini, mereka merasa bahwa kehadiran perpustakaan itu memberi dampak ekonomi,” tukasnya.
Indikator selanjutnya yaitu jumlah anggota perpustakaan.
“Kami punya kartu anggota. Setiap saat kami mengupayakan bagaimana supaya perpustakaan menggaet anggota sebanyak-banyaknya,” katanya.
“Kalau indikator ini terpenuhi semua maka bisa meningkatkan IPLM,” pungkasnya. (*)