Hadi Mulyadi dan Isran Noor dalam debat Pilgub Kaltim di Kota Samarinda pada Rabu 23 Oktober 2024 (aset: puji/katakaltim)

Jawaban Hadi Mulyadi Terhadap Dampak IKN yang Dinilai Bisa Menggeser Budaya Lokal

Penulis : Agu
24 October 2024
Font +
Font -

SAMARINDA — Pembangunan IKN dinilai memiliki multiplier effect (dampak jamak) terhadap masyarakat Kaltim. Pernyataan ini disampaikan panelis dalam debat Pilgub Kaltim di Kota Samarinda, Rabu (23/10/2024) malam.


Panelis menambahkan utamanya urbanisasi yang berpotensi menimbulkan kesenjangan sosial, pergeseran sosial bidaya yang dapat menyebabkan culture shock (tekanan budaya), konflik sosial, hilangnya nilai-nilai budaya lokal.

Baca Juga: Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) berkolaborasi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV Kaltimtara menginisiasi Nusantara Cultural Heritage Festival (NCHF). (aset: Otorita IKN)Lestarikan Warisan Budaya, Bangkitkan Ekonomi Kreatif di Nusantara

Untuk itu dibutuhkan penguatan ketahanan sosial, budaya, ekonomi, dan kualitas SDM masyarakat Kaltim agar tidak termarginalkan.

Baca Juga: Paslon kepala daerah Kaltim nomor urut 1, Isran Noor dan Hadi Mulyadi dalam debat perdana di Kota Samarinda (aset:puji/katakaltim)Soal Perlambatan Pembangunan IKN, Isran Noor dan Hadi Mulyadi Menilai Pertanyaan Panelis Tidak Nyambung

Pertanyaan panelis adalah, “Bagaimana langkah atau program apa yang dirumuskan palson untuk mengatasi masalah tersebut?”

Calon Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan, salah satu kebijakan pusat yang menurut dia bersama Isran Noor sangat positif adalah pengangkatan deputi bidang sosial dari putra daerah.

Pengangkatan deputi wajib dari putra daerah, sambung Hadi, merupakan usulan provinsi, sebagai bentuk diantisipasi pergeseran budaya. Karena, bagaimana pun, orang yang lebih paham kebudayaan Kaltim adalah putra daerah.

“Agar mereka mengetahui sosial budaya setempat,” katanya.

Hadi menambahkan catatan penting untuk Kaltim, bahwa sejak dulu belum pernah ada konflik sektoral, utamanya konfil budaya atau pun agama.

Itu lah yang menjadikan Kaltim diberikan penghargaan Harmony Awards oleh Kementerian Agama (Kemenag).

“Tanpa mengurangi rasa hormat, Kalbar pernah terjadi kerusuhan besar. Kalteng, Kalsel, termasuk Kaltara, tapi Kaltim dari dulu iklimnya kondusif,” ucapnya.

“Di masa kami, kita dua kali mendapatkan penghargaan Harmony Awards dari Kemenag. Kenapa? Karena Kaltim menjadi salah satu provinsi yang mampu menjaga kerukunan antar umat beragama,” sambungnya.

Termasuk masalah budaya, kata Hadi. Faktanya indeks pembangunan kebudayaan (IPK) di Kaltim terus bertumbuh. Bahkan mengalahkan IPK Nasional.

“IPK terus menaik. Di Kaltim dari 2018 sampai 2023 terus menaik. Dan di 2023 pada angka 57,56. Itu di atas indeks budaya nasional yang hanya 57,13,” paparnya.

Apa artinya, kata Hadi, Kaltim mampu menjaga budaya yang baik, dan dipertahankan. “Sehingga iklim menjadi kondusif,” pungkasnya. (*)

Font +
Font -