BONTANG — Neni Moerniaeni kembali mencuri benak publik usai meraih kemenangan dalam Pilkada Kota Bontang 2024.
Bersama pasangannya, Agus Haris, Neni berhasil mendulang suara terbanyak, 41.081.
Dengan hasil ini, Neni akan kembali memimpin Kota Bontang periode 2025–2030, setelah sebelumnya menjabat pada 2016–2021.
Perjalanan hidup Neni diawali dengan pendidikan di berbagai kota besar di Indonesia, menunjukkan tekad kuatnya meraih impian.
Semangatnya di dunia medis membawa ia menjadi dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi, sebuah profesi yang tentu saja menuntut keuletan yang tinggi.
Baca Juga: Legislator Bontang Kembali Gelar RDP Bahas Pembebasan Lahan Kawasan Industri Bonles
Pengalamannya sebagai dokter di Rumah Sakit Umum Wahab Samarinda, serta sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman (Unmul), menunjukkan pesan singkat bahwa batinnya sangat menjunjung tinggi kemanusiaan.
Lebih lagi, kiprah Neni tak hanya pada dunia medis. Kepekaan sosialnya tampak jelas melalui aneka peran kepemimpinan yang diembannya.
Mulai dari Ketua PKK Kota Bontang, Ketua DPD II Golkar Kota Bontang, hingga Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Bontang.
Bahkan, kursus Short Course Disabilities di luar negeri, New Zealand, menginspirasi dia memimpin Forum Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Bontang. Tentu saja ini menunjukkan kepeduliannya terhadap kelompok rentan.
Berdasarkan penelusuran katakaltim, perjalanan politik Neni juga penuh dinamika.
Pun sempat gagal pada pencalonan wakil rakyat pada 2004, kegagalan ini tidak membuat hati dan pikirannya ciut. Ia terus berjuang.
Akhirnya Neni terpilih menjadi Anggota DPR-RI pada 2014. Mungkin saja pengalamannya sebagai Ketua DPRD Kota Bontang sebelumnya, menjadi bekal berharga menjalankan tugasnya di Senayan.
Neni Moerniaeni lahir pada 30 Juli 1960 di Jakarta. Ia menempuh pendidikan dasar (SD) Rawa Kemiri Jakarta (1967–1973), SMP Negeri 66 Jakarta (1973–1975), hingga SMA Negeri 1 Ujung Pandang (1976–1979).
Semangatnya dalam dunia medis membawanya ke Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas).
Di sana ia meraih gelar dokter umum (S-1) pada 1989. Dilanjutkan dengan meraih Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, di fakultas dan kampus yang sama pada 1994–1998.
Pada pilkada serentak 2015, Neni terpilih sebagai Wali Kota Bontang mengalahkan calon petahana Adi Darma.
Neni Moerniaeni dan Basri Rase resmi dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bontang pada 23 Maret 2016 di Pendopo Lamin Etam, Samarinda. Pelantikan dipimpin Gubernur Kaltim. Waktu itu adalah Awang Faroek Ishak.
Neni kembali maju bertarung melawan Basri Rase yang berpasangan dengan Najirah (istri Adi Darma). Sayangnya, Neni tidak bisa memenangkan pertandingan Pilkada itu.
Puncaknya, pada November 2024, Neni kembali maju berpasangan dengan Agus Haris. Meraih suara terbanyak dan akhirnya dilantik langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Jakarta pada 20 Februari 2025.
Saat ini, Neni sudah pulang bersama Agus Haris usai melakukan pertemuan dengan Presiden Prabowo serta seluruh kepala daerah di Indonesia.
Kedatangan Neni di Kota Bontang, pada Sabtu 1 Maret 2025, yang disambut meriah warga Kota Taman, barangkali menjadi momentum dan simbol kemajuan Kota Bontang di masa akan datang, selama ia menjadi pemimpin. Semoga saja.
Neni menikah dengan Andi Sofyan Hasdam, yang juga merupakan mantan Wali Kota Bontang. Andi Sofyan berhasil memimpin Kota Bontang dari 2001 hingga 2011.
Kini Andi Sofyan duduk di bangku DPD RI. Barangkali Neni banyak belajar juga dari pasangan hidupnya itu. Entahlah.
Dari hubungan sakinahnya bersama Andi Sofyan, Neni dikaruniai anak yang kini juga berperan besar dalam kehidupan bermasyarakat dan transformasi sosial.
Ketiga anaknya antara lain Andi Satya Adi Saputra, Andi Faizal Sofyan Hasdam, dan Andi Amalia Nefyanti.
Andi Satya kini menjabat sebagai Wakil Rakyat Kaltim. Terpilih pada awal 2024 lalu dalam kontestasi pemilu.
Andi Faiz, sapaan akrab Andi Faizal Sofyan Hasdam, sekarang menjadi orang nomor wahid di DPRD Kota Bontang.
Andi Amalia, anak terakhirnya, juga berperan aktif dalam dunia kedokteran, mengikuti ayah dan ibunya, serta kakak pertamanya.
Tentu saja deretan naskah ini adalah sebagian pandangan subjektif redaksi. Kami jelas akan bertanggung jawab jika ada yang berkeberatan dengan analisa dalam tulisan ini.
Sebab, apa yang kami tuliskan di sini adalah sejumlah hasil pertemuan dan wawancara langsung dengan Neni selama masanya berkampanye, dan selama menggali pikiran-pikirannya.
Sebagai catatan, pikiran-pikiran Neni yang kami tuliskan bisa saja masih, dan pasti masih sangat kurang.
Tapi apa yang kami sampaikan, tidak akan keluar dari serpihan pandangannya tentang dunia dan kehidupan ini, serta keterkaitan pikirannya dengan pembangunan Kota Bontang.
Neni pernah menyampaikan tidak sedikit warga mengeluhkan masalah dunia pendidikan, kesehatan, berikut infrastruktur, lingkungan, ekonomi, bahkan kesejahteraan secara menyeluruh adalah tuntutan warga.
Untuk itu ia punya visi mewujudkan Kota Bontang jadi Kota Jasa dan Kota Industri. Bukan saja untuk hari ini, Bontang juga harus jadi Kota Jasa dan Industri yang maju berkelanjutan dengan ekonomi dinamis dan tangguh, di masa depan.
Neni, yang berlatar belakang dunia kedokteran, tentu saja mengutamakan pendidikan dan kesehatan dalam domain kehidupan dunia ini.
Dia begitu prihatin dengan masalah kesehatan di Kota Bontang, yang dapat dikatakan, mungkin terpuruk.
Contohnya, stunting yang angkanya masih sangat tinggi, menduduki peringkat satu se-Kaltim. Di Bontang, angka stunting capai 21 persen.
“Ini tentu saja PR kita,” sahut Neni.
Dia mengatakan salah satu upaya jitu dalam mencegah kenaikan angka stunting adalah sanitation for all people.
Maksudnya adalah, sanitasi untuk seluruh masyarakat Kota Bontang. Bahkan harus mencapai 100 persen.
Karena, berdasarkan analisa Neni, tidak mungkin masyarakat bisa mencapai derajat kesehatan yang baik, jika lingkungannya tidak sehat.
Dan jika masyarakat tidak sehat, itu akan berpengaruh kepada seluruh aktivitas mereka. Tidak kecuali pendidikan.
“Bagaimana kita mau menyelesaikan masalah stunting jika sanitasi kita jelek?,” tanya dia meyakinkan bahwa masalah ini benar-benar harus dituntaskan.
Masalah kesehatan lainnya di Kota Bontang adalah buang air besar sembarangan (BABS) yang tak kunjung-kunjung dibereskan.
Padahal di antara penyebab stunting antara lain sanitasi yang jelek, gizi yang buruk, dan penyakit yang kronis. Ini semua saling berkaitan kata Neni. Memang pandangannya cukup komprehensif.
Makanya, sesuai dengan janjinya, atau mungkin cita-citanya sejak dulu, agar di Kota Bontang, angka stunting bisa mencapai nol atau zero.
Termasuk angka kematian ibu saat sedang melahirkan, tidak boleh ada. Berikut kematian anak saat baru keluar dari rahim ibunya, juga tidak boleh ada!
“Semua masalah ini harus zero,” tegasnya meyakinkan.
Neni, yang berprofesi sebagai dokter, paham betul kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan.
Untuk itu ia menegaskan dan meminta bahwa untuk membangun sebuah daerah, di manapun itu, tidak boleh secara parsial atau satu persatu.
Tetapi harus holisitik, menyeluruh, di mana setiap sektor wajib diperhatikan. Mengingat semua sektor punya keterkaitan.
“Jadi kita membangun Kota Bontang ini tidak secara parsial tapi holistik,” ucapnya.
Pandangan ini, menurut redaksi, merupakan salah satu struktur berpikir Architectonic Whole (komplet), dan karena memang begitu lah harusnya pemimpin berpikir.
Kota akan tidak seimbang apabila sejak awal pemimpinnya tidak berpikir utuh dan tidak mampu merumus-kaitkan berbagai kebijakannya.
Karena itu Neni Moerniaeni selalu menekankan pembangunan daerah harus diteropong secara komprehensif, atau utuh.
Karena itu pula dimungkinkan berbagai problem tuntas melalui rumusan kebijakan yang juga saling terkait.
Tentu saja masih banyak pekerjaan rumah bagi Neni untuk merealisasikan segudang pikirannya.
Salah satu pikiran Neni semakin tampak dalam niatnya menciptakan keluarga yang sehat. Misalnya, untuk tidak menyebutkan semuanya, adalah pemeriksaan kesehatan gratis.
Sepanjang pantauan redaksi dalam puluhan pertemuan Neni dengan warga, mereka yang dikunjungi Neni sangat senang.
Warga begitu senang atas kehadiran Neni memberikan pemeriksaan kesehatan gratis, di tengah-tengah mereka yang mengaku merasa terpuruk dalam berbagai kondisi.
Setidaknya sedikit terbantu dengan hadirnya Neni di tengah mereka. Tentu saja ini diharapkan dapat terus berlanjut.
Neni menyebut Kota Bontang masuk dalam salah satu daerah dengan suhu panas yang tinggi. Untuk itu harus ada ruang terbuka hijau (RTH) yang cukup.
Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, standar RTH di tiap-tiap kota minimal 30 persen dari luas wilayah.
Berdasarkan itu Neni ingin seluruh masyarakat bahu-membahu memerhatikan lingkungan.
“Sebagai pemerintah, kita harus ramah terhadap lingkungan,” tegas Neni.
Neni mengatakan isu perubahan iklim (Climate change) dalam hal ini Krisis Iklim, pemanasan Global, merupakan fenomena tidak terhindarkan di tengah menjamurnya industri.
Karena itu, penetapan Bontang sebagai Kota Industri menjadi tantangan Pemkot menelurkan kebijakan ramah lingkungan, dan mengupayakan RTH sesuai regulasi.
"Bontang termasuk kota terpanas di dunia. Jadi memang saat ini terjadi pemanasan global yang tidak bisa kita hindari. Ini juga karena banyaknya industri," ucapnya.
Neni memang sosok pecinta lingkungan. Bahkan di tengah kesibukannya sebagai dokter dan politisi, Neni masih menyempatkan diri menderetkan pandangannya ihwal lingkungan dalam sebuah buku tebal.
Apalagi, baru-baru ini, setelah ia balik retret dari Magelang, pada hari Jumat 7 Maret 2025, ia langsung tancap gas aktifkan kembali gotong royong, bersih-bersih kota bersama para pejabat dan warga setempat.
Neni menerangkan postur APBD saat ini mencapai Rp3 triliun lebih. Dalam aturannya, dana pendidikan diambil dari APBD sebanyak 20 persen. Itu artinya akan ada Rp600 miliar lebih dana pendidikan.
Untuk itu Neni meminta dana pendidikan ini dianggap sebagai investasi dan bukan biaya.
Karena menurutnya pendidikan merupakan investasi luar biasa dan jangka panjang.
Pendidikan juga merupakan upaya dalam memanusiakan manusia.
“Bicara pendidikan adalah memanusiakan manusia. Kita tidak boleh menghitungnya sebagai biaya pendidikan. Tapi investasi pendidikan. Ini untuk anak-anak kita. Jangan pelit!,” tegasnya.
Pandangan ini mirip dengan berbagai tokoh pendidikan dunia. Seperti Muhammad Abduh, Ibn Kaldun, Ahmad Dahlan, Cokroaminoto, Haidar Bagir, Paulo Freire, dan para pemikir serta filosof ternama lainnya.
Kami tidak mengatakan bahwa Neni setara dengan pemikir handal tersebut. Tapi setidaknya, ada pandangan seorang politisi perempuan yang hadir membawa banyak pikiran, hari ini, saat ini, dan kini, di hadapan warga Bontang.
Neni, dengan ragam pandangannya tentang hidup, tidak mau tinggal diam. Ia meminta secara tegas seluruh perangkat daerah betul-betul paham apa keinginan warganya.
Karena tanpa memahami apa kebutuhan warga, maka sangat sulit merealisasikan solusinya.
Coba bayangkan, masalahnya adalah sakit hati. Tapi diberikan obat sakit perut. Tentu tak akan memberi pengaruh.
Maka, Neni berpandangan bahwa, sebelum menyelesaikan persoalan, lebih dahulu harus diketahui masalahnya.
Pengetahuan yang kompleks, tentu saja butuh pendidikan yang memadai. Pendidikan yang memadai, harusnya mampu mengidentifikasi masalah.
Dari sudut pandang ini, kata Neni, pendidikan dapat memberikan solusi. Pada gilirannya pendidikan mampu “Memanusiakan Manusia”
Sepanjang pantauan katakaltim, Neni memang adalah sosok yang mampu berkomunikasi dengan seluruh elemen masyarakat.
Baik anak kecil, orang tua, anak-anak muda, para akademisi, politisi, orang pesisir, dan para mahasiswa, semuanya bisa dihadapi Neni dengan fasih.
Tentu saja kemampuannya itu menjadi anugerah besar untuk warga Kota Bontang. Akan jadi apa kota jika dipimpin oleh mereka yang tak mampu berhadapan dan berkomunikasi langsung dengan warga di berbagai elemen?
Dari sini, Neni dengan soft skill, khususnya sebagai sosok perempuan yang menjadi pemimpin suatu daerah, bisa lebih mampu merealisasikan pikiran-pikirannya yang brilian. Mampu memberikan kesejahteraan untuk seluruh warga Kota Bontang. Semoga!
Neni bersama Agus Haris punya 17 program utama dalam 100 hari kerjanya setelah pelantikan.
Salah satu program menarik yang disorot redaksi katakaltim adalah program ‘Tengok Tetangga’. Katanya ini adalah tugas para kader dan RT setempat.
Mereka yang diberi tugas nantinya wajib mendata ibu-ibu hamil. Juga mengecek kapan waktu haid terakhir dan taksiran waktu lahirnya sang anak.
“Dan setiap rumah ibu hamil nanti akan diberi tanda, ditempel stiker,” ucap Neni.
Ternyata, program ‘Tengok Tetangga’ ini bisa mencegah stunting. Kata Neni, jika nanti ada tetangga yang didapati berisiko tinggi, mereka akan diberi perhatian khusus demi mencegah angka kematian ibu.
“Termasuk mengantisipasi kelahiran anak stunting,” katanya.
Lebih jauh, Neni menambahkan untuk mencegah terjadinya stunting, setiap remaja yang hendak menikah, terutama keluarga yang tidak mampu atau remaja yang anemia dan kurang gizi, akan diberi kebutuhan yang cukup.
“Itu nanti 3 bulan sebelum nikah. Kita akan berikan vitamin dan susu agar ketika menikah dan hamil, maka anak yang lahir tidak stunting. Seyogyanya pencegahan stunting itu mulai dari kehamilan,” urai Neni.
Menurutnya, program ‘Tengok Tetangga’ ini ternyata bukan saja mencari informasi penting tentang kondisi kesehatan tetangga. Tetapi bentuk praktis dari upaya meningkatkan kepekaan hati dan bersilaturahmi antar sesama.
Diketahui, 17 program utama Neni Moerniaeni dan Agus Haris dalam 100 hari kerja menahkodai Kota Bontang antara lain:
1. Jumat Sehat
2. Periksa Kesehatan Gratis Bagi Warga yang Berulang Tahun
3. Zero Miskin Ekstrim
4. Bersih Sungai dan Pesisir Laut
5. Bank Sampah Setiap RT
6. Baca Al Quran, Solat Duha Sebelum Belajar
7. Solat Subuh Berjamaah
8. Senin Kamis Dianjurkan Berpuasa Tidak ada makam minum rapat
9. Pemberian Makanan Bergizi Gratis Bagi Balita di Posyandu
10. Puskesmas Kunjung ke Sekolah
11. Mental Health Bontang
12. Cek Kesehatan Gratis Lansia dan Senam Lansia di Setiap Kelurahan
13. Rembuk Bontang
14. Tengok Tetangga
15. Memaksimalkan Balai Latihan Kerja
16. Gerakan Bersih Rumah Ibadah
17. (WAJAR) Wajib Belajar, Pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.
Warga Bontang, silakan tagih janji pemimpin Anda. Jangan ragu. Mereka sudah mengatakan dengan tekat yang sungguh-sungguh. Maka tagih lah pernyataan itu dengan sungguh-sungguh pula.
Penulis: Agung Ardaus