Penulis: Riyawan, Pengamat Sosial, Surveyor Indonesia Kalimantan Timur dan aktif di lembaga riset DPI
KATAKALTIM — Kalimantan Timur dalam sepekan terakhir mendadak ramai. Bukan karena isu politik atau debat soal IKN, tetapi gara-gara satu kalimat yang viral “orang dari luar daerah yang cari makan di Kalimantan Timur.”
Kalimat pendek itu meletup dan menyulut perbincangan panjang mulai dari komentar pedas, klarifikasi, sampai saling sindir di media sosial.
Padahal, kalau mau jujur, Kaltim sudah puluhan tahun hidup dan tumbuh karena arus migrasi. Daerah ini jadi magnet buat orang-orang dari berbagai penjuru Indonesia yang ingin bekerja, membuka usaha, atau sekadar mencari peluang baru.
Bukan hal aneh, bukan hal baru, dan sama sekali bukan ancaman. Justru, inilah bagian penting dari sejarah Kaltim. Yang mana kaltim berkembang karena banyak orang datang untuk mencari makan, bekerja, dan membangun hidup.
Merantau Memang Naluri Manusia: Mencari Tempat Baru untuk Harapan Baru
Seperti makhluk hidup lain yang bermigrasi untuk bertahan, manusia pun melakukan hal yang sama. Perpindahan selalu mengandung keberanian untuk meninggalkan tempat yang nyaman demi masa depan yang belum pasti.
Kisah keluarga yang pindah dari lereng Gunung Merapi ke Samarinda lewat program transmigrasi, misalnya, menunjukkan itu.
Dari udara dingin pegunungan ke udara panas lembap Kalimantan, perjalanan itu bukan sekadar perpindahan lokasi, tapi perpindahan nasib.
Di Lempake, Samarinda, mereka pelan-pelan membangun ulang hidup dengan cara bekerja, beradaptasi, mencari peluang baru.
Bagi banyak pendatang, Kaltim bukan cuma tempat singgah. Ia jadi rumah kedua, yang mana tempat untuk tumbuh, berkontribusi, dan berharap masa depan lebih baik.
Migrasi Memang Pembentuk Wajah Kaltim
Data Badan Pusat Statistik (BPS) sebenarnya sudah lama menunjukkan bahwa mobilitas penduduk adalah bagian normal dari dinamika Kaltim.
• Migrasi masuk di Kaltim selalu lebih tinggi dari migrasi keluar.
• Sektor pertambangan, industri, dan jasa adalah penarik utama.
• Banyak migran berasal dari Jawa Timur, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan.
• Usia migran didominasi kalangan produktif (20–39 tahun).
• Kutai Timur, Berau, dan Bontang mencatat angka migrasi neto tertinggi karena aktivitas tambang.
Angka SP2020 bahkan mencatat 30,99% penduduk Kaltim adalah migran seumur hidup atau pernah pindah dari provinsi lain. Artinya sederhana, Kaltim itu daerah yang dibangun oleh perpindahan manusia.
Mengapa Banyak Orang Pindah ke Kaltim? Jawabannya karena Ada Peluang
Data penelitian dan publikasi resmi menunjukkan faktor utama orang pindah ke Kaltim adalah:
Faktor Ekonomi
• Peluang kerja di tambang (Kutai Timur, Berau, Bontang).
• Penyerapan tenaga kerja di industri dan sektor informal.
• Investasi besar (PMA/PMDN).
• Belanja modal dan pembangunan infrastruktur.
Faktor Sosial
• Mengikuti keluarga atau pasangan.
• Adanya jejaring komunitas pendatang.
Akses Layanan
• Banyak warga pindah atau keluar untuk pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.
Sementara itu, migrasi keluar Kaltim biasanya menuju Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Kalimantan Selatan yang umumnya terkait pendidikan dan pekerjaan. Dengan kata lain, perpindahan penduduk itu dinamis, bukan hitam-putih.
Hari Transmigrasi: Momentum Mengingat Bahwa Indonesia Dibangun Bersama
Setiap 12 Desember, Indonesia memperingati Hari Transmigrasi. Momen ini mengingatkan kita pada sejarah besar perpindahan penduduk yang sudah berlangsung lebih dari 60 tahun.
Transmigrasi bukan cuma mindahin orang dari Jawa ke luar Jawa. Di balik program itu ada tujuan besar:
• Pemerataan penduduk
• Membuka akses kerja
• Mengurangi kemiskinan
• Membangun pusat ekonomi baru
• Memperkuat persatuan bangsa
Faktanya, program transmigrasi telah membantu 2,2 juta keluarga keluar dari kemiskinan dan membuat lebih dari 100 kawasan transmigrasi berkembang menjadi ibu kota kabupaten/kota.
Dari perjalanan itu, kita belajar bahwa kemajuan Indonesia bukan milik satu daerah, tetapi hasil keberanian seluruh warga negara berbagi ruang hidup.
Kenapa Masih Ribut Soal “Orang dari Luar Daerah Cari Makan di Kaltim”?
Kalimat itu sebenarnya menggambarkan hal yang sangat wajar, banyak orang datang ke Kaltim untuk mencari nafkah. Tidak ada yang salah dengan itu. Sebab Kaltim sendiri dibangun oleh:
• Penduduk asli
• Transmigran dari berbagai daerah
• Perantau yang datang sendiri
• Pekerja tambang
• Pedagang
• Tenaga informal
• Dan siapa pun yang berani mencoba peruntungan
Ketika semua orang bangun pagi dengan tujuan yang samayakni mencari rezeki halal, maka tak ada lagi istilah “orang sini” atau “orang sana”. Yang ada adalah warga Kaltim yang sejahtera, bekerja, dan membangun bersama.
Kaltim Terlalu Besar untuk Dipersempit oleh Sentimen
Daripada memperuncing perbedaan, lebih baik kita memperkuat pemahaman bahwa Kaltim hanya bisa maju jika seluruh warganya, pendatang maupun masyarakat asli hidup rukun, bekerja sama, dan saling menghormati.
Kaltim punya potensi besar. Kaltim punya masa depan cerah. Dan Kaltim punya ruang untuk siapa pun yang ingin bekerja dan berbuat baik.
Karena sejak dulu hingga sekarang, satu hal tak pernah berubah “Kaltim tumbuh karena keberanian orang-orang yang datang untuk mencari hidup lebih baik.”
Disclaimer: redaksi katakaltim tidak bertanggung jawab atas konten opini yang terpublis. Seluruhnya dikembalikan kepada penulis opini.










