SAMARINDA — Perang 12 hari antara Iran dan Israel kembali menjadi sorotan publik dunia, termasuk generasi muda di Indonesia.
Pertanyaannya, apakah konflik ini menguntungkan bangsa Palestina? Kemudian, kemana masyarakat Indonesia harus berpihak?
Akademisi sekaligus pengamat hubungan internasional, Musa Al Khazim, menegaskan bahwa dukungan terhadap Palestina bukan berarti menyokong Iran sebagai negara, melainkan bentuk solidaritas terhadap pihak-pihak yang tertindas.
Menurutnya, semangat membela keadilan harus melampaui batas negara, agama, maupun ideologi.
"Sebenarnya kita bukan mendukung Iran sebagai negara karena kita punya negara sendiri. Tapi kita mendukung semua yang mendukung kelompok-kelompok yang ditindas, dan itu tugas kemanusiaan," tegas Musa saat ditemui, Selasa 8 Juli 2025, malam.
Ia menilai, membela bangsa yang dijajah adalah tugas moral bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang.
"Kita punya hati. Kalau ada orang ditindas, hati kita tergerak untuk membela. Siapa saja yang bisa membela orang yang ditindas, ya kita bela juga," tambahnya.
Musa menyebut, posisi Iran dalam mendukung Palestina kerap disalahartikan sebagai konflik mazhab antara Syiah dan Sunni.
Ia menekankan bahwa narasi itu sudah usang dan tidak relevan lagi dalam konteks perjuangan kemanusiaan.
"Persoalannya bukan masalah Syiah atau bukan Syiah, karena Syiah dan Sunni kan sudah ada ribuan tahun dan sudah dibahas oleh para ulama, sudah selesai," katanya.
"Persoalannya di depan mata, ada sebuah bangsa yang kita punya tugas untuk membela bangsa yang dijajah itu agar mereka bisa merdeka," sambung Musa.
Ia juga mengapresiasi banyaknya tokoh dari Barat yang mulai bersuara lantang mendukung Palestina, termasuk selebritis dan atlet internasional.
Menurutnya, fenomena ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya Gen Z, untuk turut bersuara.
Bahkan generasi-generasi muda muslim. Musa menekankan, Jangan sampai bangsa barat lebih solid mendukung Palestina dibanding umat muslim sendiri yang terpecah karna isu Syiah-Sunni.
"Bahkan sekarang ini di Barat pun sudah banyak sekali orang Barat yang non-muslim yang membela Palestina. Dan tidak sedikit para penyanyi, rocker, bintang film, artis, pemain bola, dan lain sebagainya. Gen Z bisa lihat itu di YouTube dengan mudah," jelasnya.
Musa menekankan bahwa setiap orang bisa berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing tanpa saling menghujat, serta mendukung pihak yang melawan kezaliman.
"Artinya kita harus semampunya. Kalau hanya bisa dengan bicara, ya dengan bicara. Kalau bisa lebih dari itu, bagus. Nah, kalau kebetulan Iran mendukung, ya kita dukung. Karena dia mendukung orang-orang dan kelompok yang ditindas dan dijajah," katanya.
Terakhir, Musa mengajak masyarakat untuk bersikap kritis dan bijak dalam menyaring informasi, terutama yang berkembang di media sosial.
"Kalau menurut saya, referensi banyak sekali. Yang paling penting kan kita membandingkan. Kemudian kita pakai akal sehat kita lah, mana yang masuk akal kita terima, yang tidak, kita buang," tutupnya. (*)








