Payload Logo
2-817420251125185504602

Ketua Komisi Penganggulangan Aids Daerah (KPAD) Kutai Timur (Kutim) dr.Marthen Luther (kanan), Tim Pakar IDI Cabang Kutim, dr.Meitha Togas (kedua dari kanan), Kepala DPPKB Kutim Achmad Junaidi (kiri) dan dokter Klinik Pelangi VCT HIV RSUD Kudungga, Aulia Nisa Ahdia (dok:caca/katakaltim)

Potensi Peningkatan HIV/AIDS di Kutai Timur, Agustus 2025 Capai 104 Kasus

Penulis: Salsabila Resa | Editor: Agu
1 September 2025

KUTIM — Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) meningkat dari tahun Sebelumnya.

Ketua Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kutim dr. Marthen Luther, mengatakan per Agustus tahun ini jumlah kasus mencapai 104.

"Tahun lalu 160 kasus, ini tentu mengalami peningkatan," ucapnya kepada awak media, Senin 1 September 2025, usai menjadi narasumber Seminar dan Sosialisasi Pencegahan Penyakit Menular HIV/AIDS dalam upaya percepatan Penurunan Stunting di Kutim.

Ia juga mengatakan, jumlah terbanyak berasal dari Kecamatan Sangatta Utara.

Senada, Aulia Nisa Ahdia, dokter Klinik Pelangi VCT HIV RSUD Kudungga mendampingi dr. Mathen Luther, mengatakan meningkatnya jumlah tersebut karena bertambahnya jumlah pemeriksaan.

"Meningkat tapi bisa juga dikatakan capaian karena kita berhasil memeriksa lebih banyak warga. Dengan pemeriksaan lebih banyak dan lebih awal, bisa dicegah lebih awal juga penularannya," jelas dia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penyakit AIDS merupakan penyakit yang kerap mendapat stigma miring dari masyarakat.

Namun Aulia mengatakan masyarakat tak perlu risau, sebab pemeriksaan penyakit ini bersifat personal dan rahasia.

Karena itu ia mengajak masyarakat untuk giat memeriksakan kesehatan, termasuk cek penyakit ini.

"Mari kita cegah sebelum terlabat, kami pastikan hasil pemeriksaan hanya diberikan kepada yang bersangkutan bersifat rahasia," jelasnya.

Pemeriksaan HIV/AID bisa dilakukan secara gratis di fasilitas kesehatan negeri mauapun swasta yang menyediakan VCT HIV.

Dikatakannya, dari jumlah 104 kasus yang ditemukan, umumnya penularan penyakit disebabkan hubungan seksual yang tidak aman.

"Pada umumnya pasien usia dewasa, namun sebanyak 5% dari jumlah tersebut diidap oleh anak, yang ditularkan oleh ibu menyusui pengidap AIDS," terangnya.

Ia juga mengajak masyarakat menghilangkan stigma dan menjauhi mereka yang terkena HIV/AIDS, karena sekalipun penyakit tersebut menular.

Namun penularannya hanya melalui kontak langsung cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan pra-mani, cairan vagina, dan air susu ibu, berbagi jarum suntik, transfusi darah yang tidak aman.

Ditambahkan Tim Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kutim, Meitha Togas mengatakan kebiasaan lain, seperti mengunyakan makanan untuk bayi dari mulut orang dewasa juga (pre-mastication), berpotensi menularkan penyakit itu.

"Itu juga perlu ditambahkan, karena ada potensi penularan," jelasnya. (*)