Payload Logo
d-584520251125190350443.jpg
Dilihat 378 kali

RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Kota Samarinda (dok: Ali/katakaltim)

RSUD AWS Samarinda Klarifikasi Isu Kamar Rawat Inap, Sampaikan Tak Ada Permainan

Penulis: Ali | Editor: Agu
21 Oktober 2025

SAMARINDA — Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Samarinda akhirnya buka suara terkait dugaan kurangnya keterbukaan soal ketersediaan kamar rawat inap.

Penjelasan ini disampaikan langsung oleh Wakil Direktur Medik dan Keperawatan RSUD AWS, Nana Nurliana, setelah munculnya temuan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim dan keluhan sejumlah pasien yang kesulitan mendapatkan ruang perawatan.

Nana menegaskan rumah sakit tidak pernah menutup-nutupi ketersediaan kamar bagi pasien.

Sejumlah kondisi medis dan teknis menjadi penyebab utama mengapa pasien harus menunggu lama di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebelum dipindahkan ke ruang rawat inap.

"Sebelumnya kami mohon maaf jika ada pasien atau keluarga yang merasa lama menunggu di IGD. Kami pastikan, bukan karena permainan kamar, tetapi karena ada beberapa hal yang menjadi penyebab," jelasnya, Senin 20 Oktober.

Penyebab Pasien Harus Menunggu

Menurut Nana, ada beberapa alasan yang membuat pasien tampak belum bisa segera masuk ke ruang rawat inap, di antaranya:

Kondisi pasien belum stabil

Ia menjelaskan bahwa berdasarkan standar rumah sakit, pasien harus berada dalam kondisi stabil sebelum dipindahkan dari IGD ke ruang perawatan yang sesuai dengan jenis penyakit dan gendernya.

"Sebagian pasien perlu dilakukan observasi dan stabilisasi di IGD sebelum dipindahkan ke ruangan. Karena fungsi IGD memang menangani kegawatdaruratan, jadi kami mendahulukan pasien dengan prioritas tertinggi," terangnya.

Pasien yang memerlukan tindakan medis segera

Beberapa pasien membutuhkan tindakan darurat seperti operasi, sehingga harus dipersiapkan terlebih dahulu di IGD.

"Kalau langsung dipindahkan ke ruangan lalu dikembalikan lagi ke kamar operasi, justru bisa mengganggu stabilitas pasien," ujarnya.

Penyesuaian ruang berdasarkan jenis kelamin dan peruntukan

Ketersediaan kamar terkadang tidak dapat langsung digunakan karena perbedaan jenis kelamin pasien atau karena ruang tersebut memiliki peruntukan khusus.

"Contohnya, ruang infeksius tidak bisa diisi oleh pasien noninfeksius dan sebaliknya," jelas Nana.

Ruang perawatan tengah direnovasi

Beberapa area rumah sakit saat ini sedang dalam proses renovasi, yang berdampak pada berkurangnya jumlah tempat tidur.

"Memang perlu kita ketahui rumah sakit ini sudah beroperasional cukup lama dan gedung memerlukan renovasi untuk meningkatkan kenyamanan pasien," ungkapnya.

Tingginya jumlah pasien rujukan

Sebagai rumah sakit rujukan utama di Kalimantan Timur, RSUD AWS menerima pasien dari berbagai daerah seperti Kutai Kartanegara (Kukar) dan wilayah sekitar, sehingga beban pelayanan meningkat.

Selain itu, Nana juga menyoroti ketidakseimbangan antara jumlah pasien yang keluar dan yang masuk setiap harinya.

"Setiap bulan, perputaran pasien dari rawat jalan dan IGD mencapai 3.000 sampai 3.500 orang. Kadang jumlah pasien yang keluar tidak seimbang dengan yang akan masuk," katanya.

Pelayanan Tetap Dijalankan Maksimal

Meski pasien belum mendapatkan kamar, Nana menegaskan bahwa pelayanan medis tetap diberikan secara optimal di IGD.

"Kami tetap memberikan layanan terbaik meskipun pasien masih berada di IGD. Kalau kamar penuh, kami juga menawarkan penyesuaian kelas sementara," tambahnya.

Penyesuaian yang dimaksud, lanjutnya, memungkinkan pasien kelas 1 untuk sementara dirawat di ruang kelas 2 atau 3, dan sebaliknya. Begitu ada kamar yang sesuai, penyesuaian akan segera dilakukan.

"Kami terus berupaya memperbaiki sistem, termasuk dalam mekanisme rujukan dan distribusi kamar. Tidak ada niat untuk menutupi atau mempermainkan ketersediaan tempat tidur," tegas Nana.

Sebagai bentuk transparansi, RSUD AWS kini menampilkan informasi ketersediaan tempat tidur secara langsung melalui layar di sejumlah titik pelayanan.

Sementara itu, Pemprov Kaltim dijadwalkan akan menggelar rapat evaluasi dengan pihak manajemen RSUD AWS guna memastikan pelayanan publik di rumah sakit tersebut tetap berjalan transparan, akuntabel, dan sesuai dengan standar yang berlaku. (Ali)