KUTIM — 5 perusahaan telah melakukan penandatanganan kesepahaman atau MoU di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan, di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kutim, Darsafani mengatakan dua dari lima perusahaan tersebut adalah perkebunan dan industri sawit.
"Ada 5 perusahaan, dengan beragam macam bidang. 2 di antaranya bidang perkebunan dan industri kelapa sawit," ungkap Darsafani kepada Katakaltim saat ditemui di ruangannya, Jumat 1 Agustus 2025 lalu.
Jika dihitung secara keseluruhan, nilai investasi dari lima perusahaan tersebut sekitar Rp130-an triliun. Berikut daftar perusahaannya:
Anhui Guangxin Chemical
Perusahaan ini berasal dari Cina yang bergerak di industri kimia. Rencananya membangun pabrik bahan pertanian kimia seperti pestisida, herbisida, glifosat dan lainnya.
DPMPTSP mencatat nilai investasi perusahaan ini mencapai Rp12.856 Miliar atau sekitar Rp12,8 triliun.
Perusahaan ini sudah MoU pada 19 September 2024 lalu. Bahkan telah melakukan pertemuan dengan Bupati, Gubernur dan juga dengan Dewan Nasional.
"Cuman permasalahannya masalah sewa lahan belum ada kepastian dari mereka, belum ada titik temunya, tidak sesuai dengan yang diharapkan pemerintah daerah," ungkap Darsafani.
Disebutkan, harga sewa lahan yang ditetapkan pemerintah adalah Rp1.750. Sementara pihak Anhui meminta Rp1.200 bahkan sempat meminta Rp600 per meter persegi.
“Sementara kita tidak bisa memberikan semau kita. Karena ada aturan. Jadi kita masih mempertimbangkan. Saat ini mereka pulang ke negaranya, mungkin beberapa bulan lagi datang untuk bernegosiasi," tandasnya.
PT Puspa Daya Sinergi
PT Puspa Daya Sinergi (PDS) merupakan perusahaan industri kepala sawit yang dikabarkan akan segela melakukan pembangunan refinery (kilang minyak) Biodiesel dengan kapasitas 1,500 MT/hari. Telah melaksanakan penandatangan MoU pada 1 November 2024 lalu.
Biodiesel sendiri merupakan bahan bakar nabati yang dapat digunakan pada mesin diesel, sebagai alternatif pengganti solar.
Mereka sepakat melakukan bisnis matching atau pertemuan bisnis. PTSP mengatakan perusahaan ini akan difasilitasi bersama gabungan pengusaha kelapa sawit indonesia (GAPKI) dan juga pengusaha sawit mandiri.
"Kemarin mengadakan rapat dan melakukan bisnis matching. Rencananya akan kami hubungkan untuk kerja sama dengan GAPKI dan pengusaha sawit mandiri," terangnya.
Kata dia, saat ini di KEK Maloy refinery sawit sudah berdiri. Namun belum memiliki pengolahan. Sehingga bahan mentah yang diekspor.
Untuk itu pihaknya tengah mencari formulasi Peraturan Gubernur (Pergub) tentang investasi daerah perkebunan sawit yang berkelanjutan.
"Sudah kita temukan, dan ternyata dalam Pergub itu ada aturan 70:30. 70 kebutuhan minyak dalam daerah dipenuhi termasuk untuk produksi dan pengemasan, 30-nya untuk luar daerah. Namun sekarang belum diterapkan. Jadi kita mau terapkan sekarang apalagi dengan berdirinya pabrik pengolahan nanti (PDS)," ucapnya.
Karena itu ia berharap pemerintah kabupaten menghadirkan peraturan daerah (Perda) maupun peraturan bupati (Perbup) untuk mempertegas Pergub yang ada.
Ditambahkan Darsafani, PDS ini merupakan perusahaan yang tengah diperjuangkan realisasinya. “Kalau yang lain itu masih mimpi-mimpi semua," ungkapnya.
PT Energi Agro Investama
Sama seperti PDS, Energi Agro Investama juga merupakana industri yang bergerak di bidang perkebunan dan Industri Kelapa Sawit.
Rencananya membangun Refinery Minyak Goreng dan Bio Diesel di KEK dengan nilai investasi sebesar kurang lebih Rp801 Miliar.
Katanya perusahaan ini telah melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama (MoU) pada 31 Juli 2023. Sayangnya hingga kini belum ada kepastian kelanjutan pembangunan perusahaan ini.
"Masih belum," jelas Darsafani.
PT Humpuss Trading
Perusahaan ini merupakan indusri bahan bakar, yang rencananya membangun tangki timbun bahan bakar minyak di KEK Maloy.
Telah melakukan penandatangan MoU pada 10 Januari 2025 dan rencana tindaklanjutnya akan dilakukan pada tahun 2026 mendatang.
"Saat ini Humpiss Trading ini sedang dalam persiapan, menyiapkan dokumen teknis pembangunan tangki timbun," terang Darsafani.
Hongshi Holding Group
Perusahaan Hongshi Holding Group merupakan industri semen dan bahan baku solar sell asal Cina, yang memiliki nilai investasi mencapai Rp120.000 Miliar atau Rp120 triliun.
"Rencana investasinya membangun pabrik polisilikon," sebut Darsafani.
Sayangnya tim perusahaan ini, kata Darsafani, masih belum memiliki kepastian. Juga masih melakukan koordinasi dengan instansi desain terkait rancangan proses, pemilihan peralatan, serta merencanakan kunjungan ke pabrik produsen peralatan.
Demikian rincian 5 perusahaan yang telah melakukan MoU di KEK Maloy. Darsafani mengatakan dalam menghadirkan dan mendirikan perusahaan industri, bukan sebuah hal yang mudah, karena itu ia meminta semua pihak baik pemerintah dan perusahaan untuk membantu mendukung rencana tersebut.
"Kita punya banyak perusahaan di Kutim, dukungan-dukungan mereka juga perlu," tandasnya. (Cca)







