Payload Logo
b-775120251125190730917.jpg
Dilihat 0 kali

Potongan gambar beberapa titik yang terjadi sedimentasi. Diambil melalui citra satelit Google Maps (dok: kolase/Ali/katakaltim)

Di Balik Lobi Pengerukan Sungai Mahakam

Penulis: Ali | Editor:
6 November 2025

KALTIM — Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi salah satu provinsi yang sering dilanda banjir.

Salah satu kawasan langganan banjir adalah Samarinda: ibu kota provinsi dengan julukan Bumi Etam ini.

Gubernur Kaltim, Rudy Mas'ud, mengaku makhluk yang paling sering dapat kritikan warga atas fenomena banjir ini.

Politisi Golkar itu tegas, dia tak mau dilihat tidak punya kinerja. Untuk itu ia mengambil aksi segera.

Dengan semangatnya, beberapa waktu lalu, pria yang akrab disapa Harum itu sambangi Kementrian Perhubungan (Kemenhub) untuk melobi pemerintah pusat.

Dia bilang, solusi utama menangani masalah banjir di Benua Etam adalah mengeruk Sungai Mahakam.

Sebab sudah terjadi sedimentasi akibat puluhan tahun tak pernah dikeruk. Dan ini berdampak pada sejumlah daerah. Utamanya Kota Samarinda.

Beberapa titik terjadi pendangkalan. Antara lain Muara Pegah di Kutai Kartanegara, Tanjung Dewa di antara Anggana dan Kutai Lama, serta Muara Nibung di Muara Jawa.

Harum pun tidak tahan untuk mengadu kepada Dirjen Kemenhub atas masalah ini.

Waktu itu Harum bahkan mengaku hampir pingsan memikirkan ini. Sebab hujan atau pun tidak, banjir tetap menerjang permukiman.

Beda halnya Wali Kota Samarinda, Andi Harun, ia mengaku melihat unggahan Gubernur Kaltim itu. Tapi pikiran Andi Harun jauh pandangan dengan Harum.

Saat ditemui redaksi katakaltim pada 20 Oktober 2025, Andi Harun mengaku pengerukan Sungai Mahakam untuk pengendalian banjir di Samarinda bukan solusi utama sebenarnya.

Bahkan Andi Harun menerangkan pihaknya punya program pengendalian banjir di Samarinda yang lahir dari proses kajian berbagai pihak.

Lebih jauh lagi, menurut politisi Gerinda itu, jika dikatakan sedimentasi terhadap alur pelayaran, pihaknya sangat setuju seribu persen.

Artinya, ada niat lain soal pengerukan sungai Mahakam ini: mengamankan kapal tongkang. Agar tidak kandas.

Gubernur Kaltim saat ditemui redaksi katakaltim pada Senin 3 November lalu, dia langsung mengonfirmasi tujuan utama wacana pengerukan itu.

Dia membeberkan tujuannya memang untuk aktivitas pelayaran.

Karena dianggap mengganggu unsur vital sebagai alur perdagangan. Khususnya aktivitas tongkang batubara.

Tampak dalam pembicaraannya, pengendalian banjir memang menjadi alasan kedua dari niat mengeruk Sungai Mahakam tersebut. Paling utama adalah jalur perdagangan.

Tapi, kalian harus mengetahui, tingkat kedalaman air atau Shallow Water Level (SWL) di muara Sungai Mahakam memang telah mencapai sekitar 3,8 meter.

Artinya, relatif dangkal untuk menampung volume air normal. Apalagi untuk menampung kapal-kapal berbobot besar yang di atas 300 feet.

Namun, di balik rencana ini, redaksi katakaltim mencoba menelusur lokasi yang dianggap terjadi sedimentasi melalui citra satelit Google Maps.

Hasilnya, terlihat pada gambar salah satu titik yang terjadi pendangkalan (Tanjung Dewa) berdekatan dengan Shorebase milik PT Mashud Bersaudara.

Pada halaman Linkedin-nya, perusahaan ini bergerak pada usaha layanan shorebase, terminal penyimpanan tanki, penyimpanan LPG, galangan kapal, retail bahan bakar, dan liquid mud plant.

Lokasi operasinya, di Pendingin, kawasan Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara dan telah berdiri sejak 2017 lalu. (Ali)