PENAJAM — Gerai Koperasi Merah Putih di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kembali menghadapi persoalan klasik ketersediaan lahan dan kekuatan modal koperasi.
Padahal pemerintah daerah menargetkan 11 gerai dapat beroperasi pada akhir tahun depan.
Bupati PPU Mudyat Noor mengatakan baru tiga gerai yang berjalan dari total 54 desa dan kelurahan.
Meski demikian, ia memastikan percepatan tetap dilakukan dengan memprioritaskan desa yang paling siap.
“Kita targetkan 11 dulu. Tapi kendalanya kesiapan lahan karena lahan yang dibutuhkan cukup besar dan lokasinya harus di pinggir jalan,” ujar Mudyat, Rabu 12 November 2025.
Hingga kini, Pemkab PPU mengandalkan aset desa untuk lokasi pembangunan gerai.
Namun banyak desa tidak memiliki lahan yang memenuhi ukuran dan akses yang dibutuhkan.
Mudyat telah meminta Sekretaris Daerah meninjau kemungkinan penggunaan lahan milik pemerintah daerah sebagai solusi.
“Selain aset desa, kita cek apakah ada aset Pemda yang bisa digunakan. Saya sudah minta Pak Sekda untuk mengoordinasikan itu,” katanya.
Mudyat menilai lambannya progres pembangunan bukan hanya persoalan PPU. Ia menyebut Kota Balikpapan pun menghadapi kesulitan yang sama.
“Balikpapan saja baru satu. Mereka susah cari lahan,” ucapnya.
Selain lahan, kelemahan permodalan koperasi juga menjadi hambatan serius.
Banyak koperasi belum memiliki model bisnis yang jelas ataupun modal kerja memadai untuk mengoperasikan gerai secara mandiri.
Menurut Mudyat, problem permodalan akan dibahas teknis oleh jajaran koperasi.
Ia menilai peluang usaha koperasi cukup besar asal diarahkan untuk memenuhi kebutuhan riil masyarakat setempat.
“Formulasinya banyak. Minimal dulu menyuplai kebutuhan masyarakat di sekitar. Di Penajam ini ada pertanian; koperasi bisa masuk ke pupuk atau kebutuhan petani, supaya tidak ambil dari luar,” katanya.
Pemkab PPU berharap Gerai Koperasi Merah Putih dapat menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi desa, dengan rantai distribusi yang lebih pendek dan harga yang lebih stabil bagi masyarakat. (Adv)









