KALTIM — Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni bertemu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Arifatul Choiri Fauzi.
Dia diskusi bersama pihak Kementerian PPPA dan Pemprov Kaltim di Kantor Gubernur Kaltim, Sabtu 10 Mei 2025.
Baca Juga: Tanggapan Paslon 2 atas Pernyataan Basri Rase, Nasrullah Langgar Etika Debat
Pertemuan itu membahas urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di wilayah Benua Etam.
Baca Juga: Kunjungi Kanaan, Neni Moerniaeni Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis Sambil Catat Keluhan Warga
Sebagai langkah konkret, Neni usulkan beberapa strategi penanganan jangka panjang, antara lain:
1. Integrasi pendidikan keluarga dan pengasuhan dalam kurikulum usia dini.
2. Pelaksanaan kelas manajemen emosi bagi anak dan remaja.
3. Penguatan dan pengembangan lembaga pengasuhan anak (daycare) yang ramah anak dan keluarga.
Politisi Golkar itu juga mengemukakan salah satu program unggulan Pemkot Bontang, yaitu ‘Tengok Tetangga’.
Program ini dilaksanakan oleh PPATBM (Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat).
Katanya program ini terbukti efektif menurunkan angka kekerasan dan mencegah penyalahgunaan narkoba.
“Serta menekan prevalensi stunting melalui pendekatan komunitas dan gotong royong,” ucapnya.
Neni juga mengharap besar pemerintah pusat meningkatkan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Sebab tambahan dana sangat penting memperkuat daya dukung daerah dalam menjalankan advokasi dan pendampingan korban kekerasan.
"Jika DAK dapat ditingkatkan, maka pemerintah daerah punya kapasitas lebih besar menciptakan sistem perlindungan inklusif dan berkelanjutan bagi perempuan dan anak," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Pemkot Bontang punya 17 program utama dalam 100 hari kerjanya setelah pelantikan.
Salah satu program menariknya adalah ‘Tengok Tetangga’. Katanya program ini tugas para kader dan RT setempat.
Mereka yang diberi tugas wajib mendata ibu-ibu hamil. Juga mengecek kapan waktu haid terakhir dan taksiran waktu lahirnya sang anak.
“Dan setiap rumah ibu hamil nanti akan diberi tanda, ditempel stiker,” ucap Neni kepada katakaltim, Rabu 26 Februari lalu.
Jika nanti didapat ada yang berisiko tinggi, mereka akan diberi perhatian khusus demi mencegah angka kematian ibu.
Termasuk, kata Neni, mengantisipasi kelahiran anak stunting. Jadi, tambah dia, dalam program ini ada banyak sekali informasi yang diperoleh dari warga.
“Jadi sangat bermanfaat,” imbuhnya.
Lebih jauh Neni menambahkan untuk mencegah terjadinya stunting, setiap remaja yang hendak menikah, terutama keluarga yang tidak mampu atau remaja yang anemia dan kurang gizi, akan diberi kebutuhan yang cukup.
“Itu nanti 3 bulan sebelum nikah. Kita akan berikan vitamin dan susu agar ketika menikah dan hamil, maka anak yang lahir tidak stunting. Seyogyanya pencegahan stunting itu mulai dari kehamilan,” urai Neni.
Neni juga punya janji menaikkan insentif para petugas. Dalam hal ini Ketua, Sekretaris, dan juga bendahara RT serta mereka yang ditugaskan mendata di wilayahnya.
“Insentifnya akan kita naikkan, namun juga harus dibarengi dengan tugas dan tanggung jawab membantu pemerintah menurunkan stunting , zero (nol) miskin ekstrim, TBC dan lain-lain,” pungkas Neni.
Diketahui, 17 program utama Neni Moerniaeni dan Agus Haris dalam 100 hari kerja menahkodai Kota Bontang antara lain:
1. Jumat Sehat
2. Periksa Kesehatan Gratis Bagi Warga yang Berulang Tahun
3. Zero Miskin Ekstrim
4. Bersih Sungai dan Pesisir Laut
5. Bank Sampah Setiap RT
6. Baca Al Quran, Solat Duha Sebelum Belajar
7. Solat Subuh Berjamaah
8. Senin Kamis Dianjurkan Berpuasa Tidak ada makam minum rapat
9. Pemberian Makanan Bergizi Gratis Bagi Balita di Posyandu
10. Puskesmas Kunjung ke Sekolah
11. Mental Health Bontang
12. Cek Kesehatan Gratis Lansia dan Senam Lansia di Setiap Kelurahan
13. Rembuk Bontang
14. Tengok Tetangga
15. Memaksimalkan Balai Latihan Kerja
16. Gerakan Bersih Rumah Ibadah
17. (WAJAR) Wajib Belajar, Pukul 19.00 hingga 21.00 WITA. (*)