BONTANG — Laskar Kepatihan Kutai Kalimantan Timur (Kaltim) menilai pemerintah sampai saat ini belum maksimal dalam melestarikan budaya lokal.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum Laskar Kutai Kaltim, Awang Aspian Noor, usai menghadiri pengukuhan Laskar Kepatihan Kutai wilayah Bontang, Senin 28 Juli 2025, malam. Berlangsung di ruang auditorium 3 Dimensi.
“Sejauh ini menurut kita belum terlalu maksimal ya. Mungkin karena ada banyak tantangan di era modern ini. Belum maksimal bukan berarti tidak bekerja ya,” ucap Awang kepada katakaltim.
Pun demikian, kata Awang, ini bukan alasan pemerintah tidak memberi perhatian khusus terhadap pengembangan budaya.
Apalagi di tengah maraknya perusahaan yang kemungkinan dapat menggeser kebudayaan lokal jika ini tidak diawasi sepenuhnya.
“Perusahaan kan marak ya. Apalagi di Bontang misalnya, ada perusahaan besar. Tentu harus juga dibarengi dengan agenda-agenda budaya di Kota ini,” tandasnya.
Untuk itu, Awang menyatakan pihaknya bakal melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan perusahaan, agar terus mengambil langkah pelestarian budaya.
“Kata Wali Kota ada komitmen melestarikan. Yaa nanti kita lihat bagaimana gebrakan pemerintah. Kita juga akan lakukan diskusi-diskusi bagaimana teknisnya,” papar dia.
Lebih jauh, Laskar Kepatihan Kutai Kaltim juga berharap agar perusahaan di seluruh Benua Etam dapat memberdayakan masyarakat lokal. Entah dari sisi pelibatan tenaga kerja, atau pun dalam bantuan langsung pengembangan di sektor ekonomi.
“Di Bontang misalnya, ada pembangunan Soda Ash. Atau di wilayah-wilayah lain. Yaa kita tentu harapkan dimaksimalkan penyerapan tenaga kerja lokal. Termasuk pengembangan UMKM,” pintanya.
“Saya kira begitu ya. Saling menguntungkan lah. Perusahaan dan warga lokal. Dan kita butuh pemerintah dalam memfasilitasi ini. Alhamdulillah pemerintah sudah cukup lumayan memperhatikan ini,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya Laskar Kepatihan Kutai Kaltim mengajak seluruh masyarakat agar menjaga dan melestarikan budaya. Ajakan ini berdasarkan fakta identitas budaya saat ini mulai terpinggirkan.
“Kita saksikan bagaimana adat-istiadat mulai terpinggirkan. Karena itu mari kita bersama-sama menjaga warisan budaya kita. Ini adalah identitas bangsa kita,” tegasnya.
Pelestarian adat istiadat, tidak bisa dikerjakan oleh hanya para anggota komunitas adat. Tetapi semua pihak harus turut serta. Untuk itu dia menilai setiap generasi bertanggung jawab terhadap pekerjaan ini.
“Tidak bisa sendiri-sendiri. Dalam membangun karakter bangsa yang kuat dan berbudaya, harus bersama-sama. Jadi kita sebagai penerus bangsa punya tanggung jawab besar untuk melestarikannya,” tandas Awang.
Dalam melestarikan budaya, tambah Awang, tidak cukup hanya kegiatan seremoni-seremoni saja. Tapi harus ada pemahaman tentang budaya itu sendiri.
“Kita harus belajar dan memahami adat istiadat itu sendiri. Kemudian ikut serta dalam kegiatan-kegiatan adat dan memperkenalkannya kepada masyarakat luas,” ucapnya.
Sementara itu, Wali Kota Bontang, yang juga hadir dalam pertemuan itu, menyampaikan kabar gembira untuk pengembangan budaya di Bontang.
“Alhamdulillah saat ini kita akan mengembangkan replika kerajaan Kutai Kartanegara yang belum selesai. Insyaallah. Dan juga tempat tinggal Sultan. Dan Dilengkapi dengan sarana lainnya. Insyaallah ini akan menjadi pusat budayanya Kota Bontang,” ucapnya.
“Kemudian juga akses jalannya bisa terkoneksi dengan baik insyaallah di tahun 2026 kita akan bangunkan jalan. Nanti tembus sampai ke rumah besar adat Kutai yang ada di Kota Bontang,” ujar Neni. (*)











