BERAU — Islam di Bumi Batiwakkal punya cerita penting. Salah satunya pendirian Masjid pertama, Imanuddin.
Masjid Imanuddin terletak di kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Akrab disebut Masjid Basae.
Masjid itu dibangun tahun 1271 Hijriah atau sekitar 1800-an Masehi. Menandakan Islam telah bergelut di Berau 200 tahun lalu.
Baca Juga: Rekomendasikan Rusianto Bertarung di Pilkada, DPC Gerindra Harap KIM Terbentuk
Demikian keterangan Aji Suhaidi, Kepala pengelola situs bersejarah Museum Batiwakkal dan juga pengelola Masjid Imanuddin.
“Bisa dikatakan masjid ini yang pertama di Berau. Karena dibangun di masa Kesultanan, dan NKRI belum merdeka," ucapnya kepada katakaltim, Jumat 15 Maret 2025.
Meski berusia ratusan tahun, tak tampak bangunan tersebut lapuk dimakan usia.
Aji Suhadi mengatakan Masjid Imanuddin diambil dari istilah atau nomenklatur agama, yakni kata “Iman”.
Sementara suku kata kedua diambil dari nama Sultan Amiruddin, seorang pemimpin ketiga Kesultanan Gunung Tabur.
“Itu dari kata iman dan Sultan Amiruddin,” tukasnya.
Aji menerangkan, di masa itu pihak Kesultanan punya istilah yang digunakan kaum agamawan untuk pengurus masjid, yakni Pegawai.
Pegawai adalah mereka yang bertanggungjawab untuk seluruh aktivitas keagamaan.
Pegawai tersebut berjumlah 12 orang. Mereka punya peran penting menjalankan aktivitas keagamaan di masjid Imanudin. Bahkan dalam penyebaran Islam di Berau.
Bukan hanya itu, 12 Pegawai juga ternyata adalah para pelaksana kerajaan.
"Mereka juga pelaksana Kerajaan atau hakim. Pegawai 12 itu intinya terdiri dari 4 orang bilal, 4 imam, dan 4 orang khatib," terangnya.
Aji Suhadi menambahkan tidak boleh ada kekosongan jabatan dari 12 Pegawai itu.
Artinya, jika salah satu orang dari mereka ada yang meninggal dunia, maka Kesultanan langsung menunjuk Pegawai baru.
"12 pegawai itu harus lengkap, tidak boleh kurang," katanya.
Aji bahkan merincikan julukan 12 Pegawai tersebut antara lain Bilal Cabu, Bilal Lakmat, Bilal Mahlan, Bilal Tayyib.
Kemudian ada Khatib Barakkat, Khatib Matsir, Khatib Mandaraksa, Khatib Kahar.
“Selanjutnya Imam Medinah, Imam Amboy, Imam Barong, Imam Kanjang," katanya.
Tidak hanya tempat melaksanakan ibadah solat 5 waktu, pada masa itu Kesultanan menggunakan masjid Imanuddin sebagai acara Kesultanan.
Dalam hari-hari besar, misalnya Idul Fitri, kesultanan akan memberi gelar kehormatan kepada masyarakat Bumi Batiwakkal yang berjasa.
“Itu berupa namanya yang diubah. Anggap lah namanya Muhammad Amin, karena dia seorang imam maka diberikan gelar Imam Bakkar atau Bilal Lakmat," jelasnya.
Sehingga masyarakat merasa terhormat ketika diberikan gelar tersebut.
Bahkan menurut cerita warga di sana, gelar yang telah diperoleh akan digunakan hingga orang tersebut meninggal dunia. (*)