Penulis: Riyawan, Pengamat Sosial
KALTIM — Selama ini, urusan sekolah anak sering kali identik dengan peran ibu. Mulai dari antar-jemput, komunikasi dengan guru, hingga urusan ambil rapor.
Namun, pola lama itu kini mulai bergeser. Lewat sebuah inisiatif bernama Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR), para ayah didorong untuk lebih aktif hadir langsung di sekolah, khususnya saat momen penting seperti pengambilan rapor.
Gerakan ini bukan sekadar simbolis. Pemerintah bahkan memberikan kelonggaran berupa dispensasi datang terlambat ke kantor bagi ayah yang mengantar atau mengambil rapor anaknya.
Tujuannya jelas yakni untuk membangun kedekatan emosional ayah dan anak sejak dini, sekaligus mengubah persepsi bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja.
Apa Itu Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR)?
GEMAR adalah gerakan sosial-edukatif yang mengajak para ayah untuk terlibat langsung dalam proses pendidikan anak, dimulai dari hal sederhana namun bermaknas seperti datang ke sekolah untuk mengambil rapor.
Kehadiran ayah di momen ini memberi pesan kuat kepada anak bahwa hasil belajar mereka diperhatikan, dihargai, dan didukung sepenuhnya.
Lebih dari itu, ayah juga bisa berdialog langsung dengan guru, memahami perkembangan akademik maupun karakter anak, serta mengetahui tantangan yang sedang dihadapi. Ini menjadi pintu masuk penting bagi ayah untuk terlibat lebih dalam dalam pengasuhan sehari-hari.
Dampak Positif: Anak Lebih Percaya Diri dan Termotivasi
Sejumlah kajian menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pendidikan berdampak signifikan pada perkembangan anak.
Anak-anak yang ayahnya aktif di sekolah cenderung memiliki rasa percaya diri lebih tinggi, motivasi belajar yang lebih baik, serta kemampuan sosial yang lebih matang.
Dari sisi emosional, kehadiran ayah saat mengambil rapor membuat anak merasa diakui. Mereka tidak hanya dinilai dari angka, tetapi juga didengarkan ceritanya, tentang pelajaran yang disukai, kesulitan yang dihadapi, hingga mimpi-mimpi kecil mereka.
Peran Ayah dalam Mendidik Anak: Lebih dari Sekadar Disiplin
Dalam banyak keluarga, ayah kerap diposisikan sebagai figur otoritas atau penegak disiplin. Padahal, peran ayah jauh lebih luas.
Ayah adalah teladan, pendengar, sekaligus pendamping emosional. Keterlibatan aktif ayah membantu anak membangun karakter seperti tanggung jawab, empati, dan ketangguhan mental.
Melalui GEMAR, ayah diajak untuk hadir bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional.
Mendengarkan penjelasan guru, berdiskusi dengan anak, lalu memberi respon yang membangun, itulah esensi pengasuhan modern yang seimbang.
Inspirasi dari Ayah Seleb Dunia
Fenomena ayah terlibat dalam pengasuhan juga terlihat dari figur publik dunia.
David Beckham, misalnya, kerap membagikan momen kebersamaannya dengan anak-anak, dari menemani sekolah hingga mendukung aktivitas mereka.
Ia pernah mengatakan bahwa menjadi ayah adalah “pekerjaan terpenting dalam hidupnya.”
Hal serupa juga diungkapkan Brad Pitt, yang menekankan pentingnya kehadiran emosional ayah.
Menurutnya, anak tidak membutuhkan ayah yang sempurna, tetapi ayah yang mau hadir, mendengarkan, dan belajar bersama.
Kutipan-kutipan ini menunjukkan bahwa keterlibatan ayah bukan tren sesaat, melainkan kebutuhan universal dalam tumbuh kembang anak.
Mengubah Budaya, Dimulai dari Langkah Sederhana
Mengambil rapor mungkin terlihat sepele. Namun, di balik tindakan sederhana itu tersimpan pesan besar yakni pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama.
GEMAR menjadi pengingat bahwa perubahan budaya bisa dimulai dari langkah kecil yang konsisten.
Bagi para ayah yang mungkin merasa canggung atau belum terbiasa datang ke sekolah, gerakan ini justru membuka ruang baru untuk belajar dan terlibat. Tidak ada standar sempurna yang terpenting adalah niat dan kehadiran.
Ayah Hadir, Anak Tumbuh Lebih Kuat
Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, anak membutuhkan dukungan utuh dari kedua orang tua.
Kehadiran ayah di sekolah bukan hanya tentang rapor, tetapi tentang membangun fondasi karakter dan kepercayaan diri anak sejak dini.
Gerakan Ayah Mengambil Rapor) menegaskan bahwa kehadiran ayah bukan sekadar formalitas di sekolah, melainkan keterlibatan nyata dalam perjalanan tumbuh kembang anak, ketika ayah hadir dan peduli, anak merasa didukung, semangat belajarnya tumbuh, dan ikatan emosional pun menguat, sebuah langkah sederhana namun berdampak besar yang menjadi bekal penting bagi masa depan anak, karena ayah yang terlibat hari ini adalah fondasi anak yang lebih kuat esok hari. (*)







