Mantan Wali Kota Bontang, Andi Sofyan Hasdam (aset: ag/katakaltim)

Pembangunan Kota Bontang Beberapa Tahun Terakhir, Sofyan Hasdam: Yahhh Banyaklah

Penulis : Redaksi
23 May 2024
Font +
Font -

Bontang — Andi Sofyan Hasdam enggan berkomentar terkait masalah pembangunan di Kota Bontang beberapa tahun terakhir.

Pasalnya, ia mengaku tanggapannya tak ingin dikaitkan dengan Neni Moerniaeni (Neni) yang bakal maju di Pilkada Bontang sebagai Wali Kota.

“Yaaa saya nggak enak lah kalau saya ngomong nanti dikira persoalan politik saya dengan pak (Basri-red). Saya kan pasti dikaitkan orang dengan ibu (Neni),” ucapnya saat ditemui katakaltim, Kamis 23 Mei 2024.

Baca Juga: Neni Moerniaeni saat berkunjung ke wilayah Berbas Tengah lalukan sosialisasi dan pemeriksaan kesehatan gratis (aset: ag/katakaltim)Neni Moerniaeni Respons Uneg-uneg Warga di Berbas Tengah, Janji 200 Juta Tiap RT

Meski begitu, sebagai birokrat, Sofyan Hasdam mengaku beberapa hal di Kota Bontang mesti dipercepat realisasinya. Terutama dalam bidang pendidikan yang memadai.

Baca Juga: Chusnul Dhihin (dok: katakaltim)Chusnul Dhihin Bakal Dampingi Basri, Klaim Punya Basis di Bontang Selatan

“Tapi ada beberapa hal yang saya kira kita lihat keluhan-keluhan masyarakat antara lain tingkat kesejahteraan yang pernah diberikan oleh ibu. Kemudian pendidikan dan lain sebagainya,” ucapnya.

“Jadi intinya begini. Tidak ada negara yang bisa maju tanpa melalui pendidikan. Yaa kita belajar pada Singapura, Jepang, Korea, yang tidak punya sumber daya alam, tapi mereka maju karena banyak orang pintar,” tambahnya.

Kalau masyarakat mau pintar, kata dia, yang pertama perhatian kepada guru. “Bagaimanapun pintarnya anak kalau gurunya tidak pintar, susah mau diciptakan (anak murid pintar). Karena itu, perhatikan kesejahteraan guru.”

“Nahh terus perhetikan anak muridnya atau generasinya. Ini harusnya kita perhatikan bukan hanya sejak dia masuk SD tapi sejak dalam kandungan. Bagaimanapun hebatnya guru ngajar kalau sudah terlanjur otaknya tidak berkembang, tidak akan bisa pintar,” sambungnya.

Karena itu kata Sofyan Hasdam, diperlukan penguatan dalam posyandu. “Di sana nanti ada pemberian vitamin, misalnya asam folat segala macam sejak di dalam kandungan.”

“Karena kita tidak perhatikan di situ, terjadilah angka stunting yang tinggi. Nah itu perlunya posyandu untuk memperhatikan bagaimana perkembangan anak,” tukasnya.

Lebih jauh menurut anggota DPD itu, sarana pendidikannya. Meski anaknya pintar, tapi tidak bisa sekolah kalau orang tuanya miskin.

“Jadi harus diperhatikan semua. Termasuk masalah kesehatan. Masalah kesehatan ini saya kira kita bersyukur pemerintah sudah memberi BPJS, tapi begitu banyak orang yang sakit tidak bisa dilayani karena tidak bayar BPJS. Makanya saya katakan, di Indonesia ini yang masalah, itu bukan orang miskin,” ucapnya.

“Orang miskin sudah banyak bantuannya, sudah banyak bantuan beras, bantuan ini dan sebagainya. Nahh kalau orang kaya kan tidak perlu diurusi ya, karena tanpa diurusi dia ke Singapura berobat, tetapi mereka yang berada di antara yang miskin dan kaya ini yang masalah. Ada orang dianggap tidak miskin tapi ternyata sakit tidak mampu bayar,” terangnya.

Dikemukakannya, program Neni Moerniaeni sejuta untuk satu anak sangat relevan dan realistis. “Program yang ibu buat itu, satu juta untuk semua anak itu bagus sekali. Jadi udah lah gak usah kita cari yang mana anak miskin dan mana yang tidak. Itu susah. Terutama mencari mereka yang antara miskin dan tidak.

“Terus saya kira kalau bicara infrastruktur, yaa banyak lah (yang bisa dikritisi-red),” tandasnya. (*)

Font +
Font -