BONTANG — Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang mengambil langkah strategis dalam upaya mewujudkan "Bontang Zero Waste 2029".
Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menerima Kunjungan Tim Survey KOICA Indonesia Office, Tim Korean Experts, Pemerintah Provinsi Jeju, dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI di Ruang Rapat Utama Kantor Wali Kota Bontang, Selasa 4 November 2025.
Kunjungan ini berfokus pada Pembahasan Rencana Kerja Sama, Pre-Feasibility Survey, dan Finalisasi Rencana Implementasi Proyek pengelolaan sampah berbasis teknologi ramah lingkungan.
Rombongan delegasi kemudian melanjutkan agenda dengan peninjauan langsung ke kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bontang Lestari, yang akan menjadi lokasi utama proyek.
Hadir dalam kunjungan tersebut perwakilan dari KLH RI, Delegasi Pemerintah Provinsi Jeju-Korea Selatan.
Di antaranya Director of Peace Diplomacy Division, Oh Gyun Kang, Director of Resource Circulation Division, Geun Sik Jeong dan Director of Jeju International Development Cooperation Center (IDCC JEJU), Ui Cheol Shin.
Turut mendampingi para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di lingkungan Pemkot Bontang.
Dalam sambutannya, Wali Kota Neni Moerniaeni menyampaikan rasa hormat atas terpilihnya Kota Bontang sebagai salah satu pilot project dari program hibah Pemerintah Provinsi Jeju melalui skema Official Development Assistance (ODA).
"Kerja sama ini diharapkan membawa perubahan nyata dalam sistem pengelolaan sampah, sekaligus mempercepat terwujudnya Bontang Zero Waste 2029," ucap Neni.
Kunjungan ini merupakan yang ketiga kalinya, setelah kunjungan pertama pada September 2023 dan kedua pada Desember 2024. Kali ini, kegiatan difokuskan pada survei pra-kelayakan dan finalisasi rencana implementasi.
Neni menekankan urgensi inovasi teknologi pengelolaan sampah, mengingat usia TPA Bontang Lestari yang diperkirakan hanya tersisa 3-4 tahun.
"Terlebih, sesuai arahan Menteri Lingkungan Hidup, mulai tahun 2030 pemerintah daerah tidak lagi diperkenankan memperluas atau membangun TPA baru. Maka, pengelolaan sampah dari sumbernya menjadi keharusan," tegasnya.
Adapun ruang lingkup kerja sama meliputi empat poin utama Pembangunan 30 unit Clean House di empat kelurahan (Api-Api, Gunung Elai, Bontang Baru, dan Bontang Lestari),
Kemudian pembangunan fasilitas Waste to Energy (Biodigester) di TPΑ Bontang Lestari seluas 1,5 hektare, Pembangunan fasilitas pemilahan dan pengemasan hasil daur ulang, Pelatihan dan kampanye pengelolaan sampah berkelanjutan.
Neni berharap kolaborasi ini dapat mewujudkan proyek strategis yang tidak hanya bermanfaat bagi Bontang, tetapi juga menjadi role model pengelolaan sampah nasional.
"Atas nama Pemerintah dan masyarakat Kota Bontang, saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada KOICA, Pemerintah Provinsi Jeju, Kementerian Lingkungan Hidup RI, serta seluruh pihak yang telah berkolaborasi. Semoga sinergi yang baik ini terus berlanjut," pungkasnya. (Adv)










