Balikpapan – Upaya mengurangi tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar terus dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan. Salah satu langkah strategis yang kini tengah dikembangkan adalah mengolah sampah pasar menjadi pupuk kompos yang bermanfaat bagi masyarakat.
Program ini menjadi solusi ramah lingkungan sekaligus wujud nyata pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Setiap harinya, DLH menargetkan bisa mengolah hingga 10 ton sampah organik dari pasar-pasar tradisional di Balikpapan. Namun, keterbatasan kapasitas saat ini baru memungkinkan pengolahan sekitar 3 ton per hari.
“Sebagian besar sampah pasar adalah sampah organik yang masih bisa dimanfaatkan. Daripada menambah beban TPA, lebih baik kita olah menjadi sesuatu yang berguna, seperti kompos,” ujar Kepala Bidang Kebersihan DLH Balikpapan, Dodi Yulianto, Selasa (29/7/2025).
Hasil dari proses pengolahan tersebut berupa pupuk kompos yang bisa digunakan untuk kebutuhan pertanian, perkebunan, hingga tanaman hias di rumah. Menariknya, DLH membagikan kompos ini secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Kami berharap masyarakat bisa mulai sadar bahwa sampah, terutama yang organik, masih punya nilai guna. Kompos ini bisa dimanfaatkan langsung oleh warga, dan itu kami berikan tanpa dipungut biaya,” jelas Dodi.
Namun, perjalanan program ini tidak tanpa kendala. Salah satu tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya lahan untuk proses pengeringan kompos. Area yang sempit membuat proses penjemuran tidak maksimal, sehingga memperlambat produksi kompos secara keseluruhan.
Untuk itu, DLH tengah menjajaki sejumlah opsi agar kapasitas pengolahan bisa ditingkatkan. Beberapa di antaranya adalah rencana perluasan lahan serta penggunaan teknologi pengomposan yang lebih efisien.
Meski masih dalam tahap pengembangan, program ini dinilai sebagai langkah penting dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan meningkatkan ketahanan lingkungan secara lokal.
“Kami ingin pengelolaan sampah tidak berhenti di TPA. Ada siklus yang bisa kita ciptakan agar sampah menjadi sumber manfaat, bukan beban,” tutup Dodi.










