Ilustrasi kanker serviks (dok: pinterest)

Sebanyak 15 Ribu Perempuan Terkena Kanker Serviks Tiap Tahunnya di Indonesia, Dinkes Bontang: Malu Periksa Jadi Salah Satu Faktor

Penulis : Cca
17 July 2024
Font +
Font -

Bontang -- Kanker serviks merupakan penyakit tidak menular yang banyak mengancam perempuan di dunia.


Menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya dilaporkan ada 15.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya yang terjadi di Indonesia.

Baca Juga: Dinkes Bontang gelar monitering dan evaluasi (Monev) bersama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Kamis (18/7) di Ruang Rapat PSC 119 Bontang (aset: katakaltim)Ibu Hamil Wajib Tau, Puskesmas di Bontang Kini Sediakan Layanan Pemeriksaan USG

Lantaran itu, Dinkes Bontang terus mengupayakan pengendalian dengan melakukan tindakan skrining dini terhadap penyakit tersebut.

Baca Juga: Kepala Dinkes Bontang Bahtiar Mabe saat ditemui awak media di Bontang Lestari membahas soal program telemedisin di Kota Bontang (aset: caca/katakaltim)Dinkes Bontang Upayakan Realisasi Program Telemedisin Tahun Ini

Sayangnya, hingga kini capaian pemeriksaan penyakit ini belum berjalan seperti harapan.

Desi Ekawati, Pemegang Program Usia Produktif (dok: katakaltim)

Desi Ekawati, Pemegang Program Usia Produktif (dok: katakaltim)

Kepala Dinkes Bontang Bahtiar Mabe, melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Desi Ekawati yang juga merupakan Pemegang Program Usia Produktif, mengungkapkan rendahnya capaian itu lantaran banyak orang, utamanya perempuan yang malu memeriksakan kesehatan organ reproduksinya.

Karena itu, pihak Dinkes tengah mengupayakan cara skrining terbaru dengan HVP (Human papillomavirus) DNA.

"Dia memakai yang pertama dengan cairan serviks pada tubuh wanita, dan yang kedua dengan cara urin. Nah yang via urin ini yang terbaru," katanya saat ditemui katakaltim usai Workshop Penyakit Tidak Menular (PTM) yang digelar, Rabu (17/7).

Desi melanjutkan, metode ini berbeda dengan yang selama ini dilakukan, yaitu menggunakan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) yang mengharuskan duduk dengan posisi tertentu dan memperlihatkan porsio.

"Nah ini salah satu penyebab kenapa angka capaian kita rendah karena orang banyak malu memeriksakan," terangnya.

Dia menilai, tak hanya di Bontang, namun hampir di setiap daerah capaian pemeriksaannya rendah karena perasaan malu.

"Alhamdulillah ada HPV DNA ini yang metodenya berbeda dan saya yakin nanti pasti bisa melesat capaiannya seperti yang terjadi di Kutai Kartangera," tandasnya.

Dia menyebut alat HPV DNA tersebut akan segera hadir di November, dengan begitu dia berharap masyarakat bersedia melakukan deteksi dini mencegah penyakit tersebut.

"Kami harapnya masyarakat tidak lagi malu periksa, karena sebentar lagi metode periksanya berbeda. Dan perlu juga diketahui kanker serviks itu satu-satunya penyakit yang bisa dicegah," katanya.

Karna menurut dia ketika seseorang sudah positif terkena pra kanker, masih membutuhkan 10 hingga 15 tahun penyakit tersebut bisa bertumbuh dan benar-benar menjadi kanker. (*)

Font +
Font -