Payload Logo
DPRD Kutim
Buaya
Dilihat 808 kali

Ilustrasi. Warga Bengalon diterkam buaya (dok: kolase/istimewa)

Senja Berdarah di Sungai Bengalon

Penulis: Salsabila | Editor: Agu
22 Desember 2025

KUTIM — Kecipak air dan teriakan histeris memecah hening ketika langit di ufuk barat Tuah Bumi Untung Benua mulai diselimuti gelap.

Semburat jingga yang indah perlahan memendar di cakrawala. Menyisakan harap bagi para pencari nafkah di Bengalon, Desa Tepian Langsat.

Senja itu bukanlah waktu bagi Beddu Bolong (45) bersandar di dinding kediamannya untuk beristirahat.

Itulah waktu awal perjuangan Beddu mencari nafkah. Demi menyambung harap hidup keluarga.

Ternyata, siapa orang yang menduga, Sungai Bengalon petang itu adalah jerat maut yang merenggut nyawanya.

Teriakan!

Beddu, seorang pria yang dikenal gigih, berangkat menuju sungai bersama dua rekannya, Melkisedek dan Kripinus.

Di benaknya hanya ada satu niat sederhana. Yakni membentangkan pukat menjaring rezeki di sungai yang mirip air kopi.

Beddu dan rekannya tentu saja berharap esok pagi ada tetesan rezeki dari Tuhan melalui ikan yang tersangkut di jaringnya.

Sekitar pukul 18.20 WITA, saat azan Magrib baru saja berlalu, mereka melakukan pembagian tugas.

Dua rekannya berjaga di atas pematang. Menggenggam ujung jaring dengan harapan yang sama.

Beddu, dengan keberaniannya perlahan turun membelah dinginnya air. Untuk membentangkan jaring itu ke tengah sungai.

"Korban turun langsung ke air untuk membentangkan jaring ke tengah," ungkap AKP Asriadi. Dia adalah Kapolsek Bengalon.

Nahas, air yang tampaknya tenang itu ternyata berisi ancaman yang sulit dilupakan: Seekor buaya. Predator paling sukses di alam liar sejak zaman dinosaurus.

Belum sempat jaring mereka terbentang sempurna, suasana dipecahkan oleh suara kecipak air dan teriakan histeris Beddu.

Seekor buaya besar muncul. Menyambar tubuh Beddu dengan kecepatan yang tak dapat diprediksi: mematikan.

Di atas pematang, Melkisedek dan Kripinus terpaku dalam ketakutan yang luar biasa. Keduanya bergetar menyaksikan ganasnya predator itu.

Mereka hanya bisa menyaksikan suasana memilukan: rekan mereka berjuang di antara hidup dan mati. Sebelum akhirnya diseret paksa ke dasar sungai yang hitam dan dingin.

Dalam sekejap, Beddu menghilang. Permukaan air kembali tenang. Seolah tak pernah terjadi tragedi pilu di sana.

“Mereka tidak berdaya melakukan penyelamatan. Karena situasi sangat berbahaya,” ucap polisi usai mendapat keterangan saki.

Harapan Tipis

Malam itu menjadi malam yang panjang bagi warga Jalan Datuk Macan.

Di bawah penerangan lampu senter yang terbatas, tim gabungan dan keluarga mencari nafas Beddu.

Namun, sungai menyembunyikan korbannya rapat-rapat. Kegelapan total dan risiko serangan susulan memaksa pencarian dihentikan.

Kejadian ini membuat keluarga penuh isak tangis sembari menunggu di tepian sungai. Kekhawatiran pun mulai membius pikiran mereka.

Harapan tipis itu akhirnya pupus pada hari Senin 22 Desember 2025 pagi. Sekitar pukul 08.45 WITA.

Waktu itu jasad Beddu Bolong ditemukan tak jauh dari titik ia diterkam buaya.

Nahas betul, pria yang berangkat dengan semangat mencari nafkah itu, harus pulang dalam kondisi tak bernyawa.

Dievakuasi dalam suasana duka yang menyayat hati keluarga. Ia lalu dibawa menuju Puskesmas 110 Desa Tepian Baru.

Peringatan!

Ini adalah tragedi yang mendalam. Pengingat pahit bagi siapa saja yang menggantungkan hidup di bantaran sungai. Seluruh warga tentunya mengucapkan bala sungkawa.

Kini, Sungai Bengalon kembali mengalir tenang. Tapi bagi keluarga yang ditinggalkan, sungai itu tak akan pernah terlihat sama lagi.

Sebab Beddu Bolong telah pergi. Meninggalkan jaring dan duka yang mendalam keluarga.

Fenomena buaya yang menerkam warga di Kutai Timur sudah banyak. Maka, apapun kondisinya, pemerintah setempat harus mencari solusinya.

Dan semoga, tidak lagi terjadi peristiwa Senja yang berdarah. (Caca)