Dibaca
45
kali
Presiden Amerika Serikat, Trump. Saat ini Trump meminta gencatan senjata antara Iran dan Israel (dok: @potus)

Trump Angkat Bendera Putih, Minta Damai Setelah Rudal Iran Hantam Pangkalan Militer AS di Qatar

Penulis : Agu
24 June 2025
Font +
Font -

Katakaltim — Presiden AS Donald Trump, angkat bendera putih. Dia berjanji tak akan membalas serangan rudal Iran ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, yang dilancarkan pada Senin 23 Juni 2025 malam waktu setempat.

Bahkan, Trump berharap Iran dan Israel berdamai selepas serangan tersebut.

Dalam pernyataannya, Trump berterima kasih kepada Iran yang ia klaim telah memberitahu lebih dulu sebelum menyerang.

Dan akhirnya tidak ada korban yang berjatuhan setelah Iran menyerang pangkalan militer terbesarnya di Timur Tengah, Qatar.

“Mungkin Iran sekarang dapat melanjutkan Perdamaian dan Harmoni di Kawasan, dan saya akan dengan antusias mendorong Israel untuk melakukan hal yang sama," kata Trump mengutip Instagram resminya, @potus, Selasa 24 Juni 2025.

Menurut Trump, tak ada korban akibat serangan tersebut. Ia berharap serangan simbolis itu meredakan kemarahan Iran.

“Apa yang paling penting, mereka sudah mengeluarkan semuanya dari 'sistem' mereka, dan mudah-mudahan tidak akan ada lagi KEBENCIAN," ungkap Trump.

Sepihak Umumkan Gencatan Senjata

Tak lama kemudian, Trump secara sepihak mengumumkan gencatan senjata antrara Israel dan Iran.

“SELAMAT KEPADA SEMUANYA! Telah disepakati sepenuhnya oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan terjadi Gencatan Senjata yang Menyeluruh dan Total (kira-kira dalam waktu 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah berakhir dan menyelesaikan misi terakhir mereka!), selama 12 jam, dan pada saat itulah Perang akan dianggap, BERAKHIR!" cuitnya.

"Dengan asumsi bahwa segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya, saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua Negara, Israel dan Iran, karena Stamina, Keberanian, dan Kecerdasan untuk mengakhiri apa yang seharusnya disebut, ‘PERANG 12 HARI’,” sambung Trump.

Masih pernyataan Trum,” Ini adalah perang yang bisa saja berlangsung bertahun-tahun dan menghancurkan seluruh Timur Tengah, namun hal ini tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi! Tuhan memberkati Israel, Tuhan memberkati Iran, Tuhan memberkati Timur Tengah, Tuhan memberkati Amerika Serikat, dan Tuhan memberkati dunia!"

Tanggapan Qatar

Mengutip Reuters, yang katanya menukil sumber AS yang tidak ingin disebutkan namanya, melaporkan bahwa Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mendapatkan persetujuan Teheran terhadap proposal AS untuk gencatan senjata lewat pembicaraan telepon dengan para pejabat Iran.

Percakapan telepon itu terjadi setelah Trump mengatakan kepada emir Qatar bahwa Israel sudah menyetujui gencatan senjata.

Dan meminta bantuan Doha dalam membujuk Teheran agar juga menyetujui perjanjian gencatan senjata.

Serangan Iran

Serangan Iran dilakukan setelah AS secara tiba-tiba menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada Ahad lalu.

Serangan itu menyertai agresi Israel ke Iran yang dimulai pada 13 Juni lalu. AS dan Israel berdalih menyerang untuk menghentikan program senjata nuklir Iran.

Iran pun sudah berulang kali menyatakan tak sedang mengembangkan senjata nuklir.

Iran mengatakan pihaknya melancarkan serangan terhadap pasukan AS di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, setelah Teheran mengatakan bakal membalas serangan AS itu.

Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran secara resmi mengkonfirmasi pada Senin malam. Mereka melancarkan serangan rudal balasan yang menargetkan pangkalan Al Udeid, kantor berita Iran Tasnim melaporkan.

Tasnim mengatakan operasi tersebut dinamakan “Pemberitaan Kemenangan”.

Aljazirah, media yang didanai pemerintah Qatar, mengatakan Pangkalan Udara Al Udeid adalah fasilitas mandiri yang terletak sekitar 50-60 km di luar pusat kota Doha.

Pangkalan udara tersebut jauh dari pusat kota, dan penduduk sipil tidak berinteraksi dengannya atau dengan personel militer yang ditempatkan di sana.

Terletak di Jalan Salwa, jalan yang menghubungkan Doha ke perbatasan dengan Arab Saudi. Gedung ini sepenuhnya mandiri, sama seperti yang dirancang ketika Qatar membangunnya pada tahun 1996.

Pejabat militer AS mengatakan Pangkalan Udara Al Udeid adalah satu-satunya pangkalan militer AS yang menjadi sasaran Iran, menurut kantor berita Reuters.

Pejabat tersebut mengkonfirmasi tidak ada dampak terhadap pangkalan di luar ibu kota Qatar, Doha.

Seorang pejabat pertahanan AS menambahkan bahwa “Pangkalan Udara Al Udeid diserang oleh rudal balistik jarak pendek dan jarak menengah yang berasal dari Iran hari ini”.

“Saat ini, tidak ada laporan mengenai korban di AS. Kami memantau situasi ini dengan cermat dan akan memberikan lebih banyak informasi ketika tersedia,” sambungnya.

Tanggapan Iran

Pemimpin Tertinggi (Rahbar) Iran Ali Khamenei dalam postingan X mengatakan setelah serangan itu, dia mengaku tidak melanggar apa pun .

“Kami tidak melanggar hak siapa pun, dan dalam keadaan apa pun kami tidak akan menerima pelanggaran apapun terhadap kami. Kami juga tidak akan menyerah pada agresi siapapun; ini adalah logika bangsa Iran,” tegasnya.

Mengutip Republika, dalam pernyataan lengkap IRGC terkait serangan ke pangkalan AS, mereka menekankan bahwa hal itu “Menyusul agresi militer terang-terangan yang dilakukan oleh rezim kriminal Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir damai Republik Islam Iran dan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional.”

Serangan itu juga dilakukan berdasarkan keputusan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi dan pimpinan Markas Besar Pusat Khatam al-Anbiya, IRGC, dengan nama kode suci, “Ya Aba Abdillah al-Hussain”.

Mereka menyatakan “melancarkan serangan rudal yang kuat dan menghancurkan di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar sebagai bagian dari Operasi Pengumuman Kemenangan.”

Pangkalan ini disebut berfungsi sebagai pusat komando Angkatan Udara AS dan merupakan aset strategis terbesar tentara teroris Amerika di Asia Barat.

Menurut IGRC, pesan dari serangan semalam sangat jelas. “Republik Islam Iran, dengan mengandalkan Allah Yang Maha Kuasa dan didukung oleh umat Islam Iran yang beriman dan bangga, dalam keadaan apa pun tidak akan membiarkan agresi apapun terhadap integritas wilayah, kedaulatan, atau keamanan nasionalnya tidak terjawab.”

IGRC menekankan, agresi Amerika mengungkap bahwa kejahatan Zionis merupakan kelanjutan dari skema Amerika.

”Oleh karena itu, kami menekankan dalam pertahanan nasional, pangkalan-pangkalan AS dan aset-aset militer bergerak di wilayah tersebut bukanlah titik kekuatan, melainkan kelemahan besar dan kelemahan rezim penghasut perang ini,” tegasnya.

Spirit Muharram

Menjelang Muharram – bulan berkabung bagi masyarakat Islam Syiah, IRGC memperingatkan “musuh-musuh Islam Iran” bahwa era perang gerilya sudah selesai.

Tekad angkatan bersenjata mereka kuat dan populer sedemikian rupa sehingga setiap pengulangan tindakan permusuhan akan mempercepat runtuhnya struktur militer AS di kawasan

“Ini menyebabkan mundurnya mereka secara memalukan dari Asia Barat, dan berkontribusi pada realisasi aspirasi bersama Bangsa Islam dan negara-negara pencari kebebasan di seluruh dunia: pemberantasan rezim Zionis yang bersifat kanker,” tandasnya.

Belum Ada Gencatan Senjata

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai gencatan senjata atau penghentian operasi militer.

“Namun, asalkan rezim Israel menghentikan agresi ilegalnya terhadap rakyat Iran selambat-lambatnya pukul 04.00 pagi waktu Teheran (07.30 WIB), kami tidak memiliki niat untuk melanjutkan tanggapan kami setelahnya,” tulisnya di X.

“Keputusan akhir mengenai penghentian operasi militer kami akan diambil nanti,” sambungnya.

Ia kemudian mengeluarkan pernyataan kedua mengatakan, operasi militer untuk menghukum Israel terus berlanjut “hingga menit terakhir, pada pukul 04.00 pagi”.

“Bersama dengan seluruh rakyat Iran, saya berterima kasih kepada Angkatan Bersenjata kita yang gagah berani yang tetap siap membela negara kita tercinta sampai titik darah penghabisan, dan yang merespons setiap serangan musuh hingga menit terakhir,” tambah Araghchi.

Respons Netanyahu

Media Israel melaporkan bahwa kabinet keamanan, yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengakhiri pertemuan selama berjam-jam kemarin malam.

Mereka membahas perkembangan terkini dalam perang dengan Iran dan jalannya negosiasi yang sedang berlangsung.

Pertemuan tersebut setelah Trump mengumumkan kesepakatan mengenai “gencatan senjata sementara” antara Teheran dan Tel Aviv, yang mengindikasikan bahwa penerapannya dapat dimulai “dalam beberapa jam ke depan.”

Teheran Dibom

Tak lama selepas pengumuman Presiden AS Donald Trump tentang gencatan senjata, ibukota Iran masih terus dibombardir.

Serangan pada Selasa dini hari justru dilaporkan lebih besar dari sebelum-sebelumnya.

Situs Iran Nour News melaporkan skala ledakan yang terjadi malam ini di Teheran dan kota Karaj, sebelah barat ibu kota Iran, merupakan yang terbesar dalam 12 hari terakhir. (*)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >