Payload Logo
f-293120251125190958212.jpg
Dilihat 378 kali

Evakuasi korban yang tenggelam di kubangan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Senin 17 November 2025 (dok: Han/katakaltim)

6 Anak Tewas di Kubangan Air Balikpapan, Netizen Marah Pengawasan Minim

Penulis: Han | Editor: Agu
18 November 2025

BALIKPAPAN — Tragedi memilukan terjadi di Graha Indah, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan pada Senin 17 November 2025.

6 anak ditemukan meninggal dunia setelah tenggelam di sebuah kubangan air besar di Jalan PDAM, RT 37.

Peristiwa itu sontak mengguncang warga setempat, dan kembali membuka mata publik mengenai minimnya pengawasan terhadap area berbahaya di lingkungan permukiman.

Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo pun angkat bicara. Ia mengatakan lokasi insiden bukan bagian dari proyek pengembangan perusahaan besar di sekitar kawasan itu.

Kubangan tersebut berada di atas lahan kavling milik warga, dan terbentuk akibat kondisi tanah yang lebih rendah dari area sekitarnya.

Sehingga air hujan terus menggenang selama bertahun-tahun tanpa saluran pembuangan.

“Kami meminta para orangtua meningkatkan kewaspadaan, terlebih ketika anak-anak bermain di luar rumah,” ujar Bagus dalam keterangannya, Selasa 18 November 2025.

Menurut penjelasan yang diterimanya, kubangan air itu terbentuk secara alami, dan tidak pernah direncanakan sebagai kolam.

Warga bahkan kerap memanfaatkan area tersebut untuk memancing karena air tidak pernah surut.

Bagus juga mengungkapkan BPBD Balikpapan diminta berkoordinasi dengan pemilik lahan untuk memasang pagar sementara, serta tanda peringatan tambahan guna mencegah warga mendekat.

Meski bukan bagian dari proyek Sinar Mas, petugas keamanan perusahaan tersebut turut mengawasi area sekitar karena lokasinya berdekatan dengan wilayah pengembangan.

“Pengawasan memang dilakukan, namun bisa saja saat kejadian para petugas sedang berganti shift,” jelasnya.

Bagus menekankan pentingnya pemasangan pengamanan di titik-titik berisiko seperti bozem, bendali, dan area cekungan lainnya.

Ia meminta jajaran camat, lurah, dan RT untuk memetakan lokasi rawan dan memastikan pengawasan berjalan optimal.

“Ini musibah yang tidak boleh terulang. Semua pihak harus mengambil pelajaran,” tegas Bagus. (Han)