KALTIM — Deforestasi atau pembabatan hutan jadi fokus pembahasan internal DPRD Kaltim.
Tren isu deforestasi menguat pasca bencana ekologis di beberapa provinsi di Sumatera.
Dalam agenda rapat dengan BPBD dan DLH Kaltim, legislator Kaltim Andi Satya Adi Saputra mengingatkan bencana yang menimpa Sumatera berpotensi terjadi di Benua Etam.
Sebab Provinsi Kaltim menjadi daerah dengan deforestasi tertinggi di Indonesia. Maka harus waspada dan serius menanggapi isu tersebut.
“Provinsi tertinggi itu justru di Kalimantan Timur. Tercatat kita 44.000 hektare, itu deforestasi terjadi di Kalimantan Timur,” ucapnya kepada awak media, Senin 15 Desember 2025.
Ia mengingatkan Provinsi Kaltim berpotensi mengulang bencana dengan skala yang sama dengan yang terjadi di Sumatera.
“Seandainya dengan curah hujan yang sama. Begitu lebatnya terjadi di Kalimantan Timur. Makanya tadi saya sampaikan, ini sangat mungkin bencana di Sumatera bisa terjadi di Kalimantan Timur,” tegasnya.
Andi Adi—sapaannya—juga menyampaikan pemerintah harus intropeksi terkait masalah deforestasi yang masif di Kaltim dengan upaya mitigasi bencana.
Ia menekankan agar ada komitmen untuk bertanggung jawab atas hutan yang telah dibabat di Kaltim. Perlu melakukan penanaman kembali di areal hutan yang telah digunduli (reforestasi).
“Pertama, 44.000 hektar yang terbuka itu harus ada reforestasinya, penanaman kembali hutan.” Ujarnya
Selain sektor pertambangan ekstraktif, Andi Adi juga menyampaikan sektor perkebunan sawit punya kontribusi besar terhadap deforestasi di Kaltim.
“Perusahaan kayu sekarang sudah tidak terlalu. Tapi yang pertama adalah sawit, yang kedua adalah tambang,” tandasnya.
Tentu saja ini menjadi ‘Alarm’ bagi Pemprov Kaltim untuk tidak menganggap deforestasi sebagai isu yang remeh-temeh. Bencana ekologis tidak terjadi hanya karena “faktor alam”. Tapi bisa juga karena ulah manusia.
Untuk itu Andi Adi menyerukan agar semua pihak secepat mungkin berupaya melakukan mitigasi bencana. Jangan sampai menjadi masalah serius di kemudian hari. (Deni)









