KALTIM — Kalimantan Timur (Kaltim) tengah menghadapi masa transisi penting. Setelah puluhan tahun bergantung pada industri batubara, cadangan energi fosil yang kian menipis menjadi sinyal bahwa era baru harus segera dimulai — era energi hijau dan berkeadilan.
Dalam pergeseran ini, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis, sebagai penggerak ekonomi pasca-tambang, dan menjadi bagian dari ekosistem transisi energi yang memastikan manfaat pembangunan hijau dirasakan secara merata oleh masyarakat di sekitar tambang.
Dalam semangat itu, Yayasan Mitra Hijau (YMH) menggelar Focus Group Discussion (FGD). Mengusung tema “Penguatan dan Pengembangan UMKM sebagai Strategi Mendorong Transisi Energi Berkeadilan pada Masyarakat Terdampak Tambang Batubara di Kalimantan Timur”, di Hotel Aston Samarinda, 24 Oktober 2025.
Kegiatan ini mempertemukan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, organisasi masyarakat sipil, dan Forum CSR Kaltim untuk bersama mendorong transisi energi yang adil dan inklusif.
Dalam sambutannya, Dicky Edwin dari Yayasan Mitra Hijau menegaskan perubahan iklim kini sangat nyata dirasakan di berbagai sektor kehidupan.
“Hampir semua bencana di Indonesia kini terkait krisis iklim. Karena itu, transisi energi harus memastikan keadilan bagi semua pihak, termasuk masyarakat kecil dan pelaku UMKM,” ujarnya.
Sementara itu Zulkifli dari Dinas Koperasi dan UKM Kaltim yang menjadi pemateri kegiatan ini, menyampaikan peran penting UMKM yang menopang 90 persen perekonomian daerah.
Namun sayangnya, masih menghadapi tantangan akses pembiayaan, legalitas, dan digitalisasi.
Ia menjelaskan, pemerintah sudah menyiapkan berbagai program pendampingan, termasuk sertifikasi halal, perizinan usaha.
“Dan juga peningkatan daya saing produk lokal,” tuturnya.
Sementara itu, Dr. Marwati dari Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman mengingatkan keberlanjutan ekonomi pasca-tambang membutuhkan diversifikasi.
“UMKM menjadi tulang punggung ketahanan ekonomi lokal. Kita perlu memperkuat mereka agar mampu beradaptasi dengan arah pembangunan hijau,” jelasnya.
Diskusi menghasilkan tiga rekomendasi: peningkatan kapasitas digital marketing bagi UMKM, pendampingan legalitas dan sertifikasi produk, serta reaktivasi peran Bumdes dan Pokdarwis sebagai motor ekonomi desa pasca-tambang.
Kegiatan ditutup oleh Doddy S. Sukadri Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Hijau.
Dia menyampaikan transisi energi bukan semata-mata mengganti sumber daya fosil, tapi membuka peluang green jobs.
“Pekerjaan hijau dapat menjadi masa depan ekonomi Indonesia, dan UMKM punya peran penting dalam rantai nilai itu,” katanya. (Agu)
Ikuti kami di saluran WhatsApp katakaltim untuk mendapatkan update berita menarik lainnya.












