Payload Logo
1-795720251125184611506.jpg
Dilihat 0 kali

Dhea Yudita mahasiswi Ilmu Komunikasi President University, baru saja dinobatkan sebagai Miss Education Indonesia 2025 dalam ajang nasional Putera Puteri Pendidikan Indonesia (PPPI) (dok: pribadi)|

Dhea Yudita, Suara Muda Anak Bumi Etam: dari Literasi Emosi hingga Panggung Internasional

Penulis: Agu | Editor:
22 Juli 2025

SAMARINDA — Dalam dunia yang bergerak cepat dan penuh tekanan, suara anak muda yang bicara ihwal literasi emosi jadi amat langka. Pun, sangat dibutuhkan.

Dari Bumi Etam, Kalimantan Timur, Kota Samarinda, seorang gadis bernama Dhea Yudita mencoba menjadi suara itu.

Bukan saja sebagai aktivis muda, melainkan representasi (perwakilan) Indonesia di ajang International tahun 2026 mendatang.

Dhea, yang saat ini tercatat sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi President University, baru saja dinobatkan sebagai Miss Education Indonesia 2025 dalam ajang nasional Putera Puteri Pendidikan Indonesia (PPPI) yang digelar pada 12 Juli 2025.

Namun bagi Dhea, gelar itu bukan akhir. Tetapi langkah awal membumikan visinya: pendidikan yang memanusiakan manusia, dimulai dari memahami emosi sendiri.

Gerakan yang ia bawa bertajuk “Satu Kata, Ribuan Arah”, merupakan program advokasi pendidikan yang menekankan pentingnya literasi emosi di kalangan pelajar.

“Hari ini, banyak anak muda yang bisa bicara tapi tak tahu apa yang mereka rasakan. Itu berbahaya. Saya ingin menciptakan ruang aman, tempat kita bisa memaknai kata, perasaan, dan arah hidup,” ujar Dhea dalam keterangannya kepada katakaltim, Selasa 22 Juli 2025.

Melalui program ini, Dhea telah menyasar sekolah dasar di Bumi Etam seperti SDN 008 Loa Janan Ilir, serta berkolaborasi dengan tenaga medis dan psikolog dari Puskesmas Trauma Center Loa Janan , termasuk dr. Rizka dan timnya.

Bagi dia, pendidikan bukan saja bicara angka dan nilai-nilai yang serba formalistik, tapi soal karakter, keberanian, dan kesadaran akan diri sendiri.

“Sebagai mahasiswa komunikasi, saya merasa bertanggung jawab l menyuarakan narasi yang membangun. Saya percaya satu kalimat bisa membangkitkan semangat hidup seseorang dan satu kata, bisa mengubah arah masa depannya,” tuturnya.

Perjalanannya tidak mudah. Dhea memulai langkahnya dari Kota Tepian. Berjuang sebagai aktivis muda, mahasiswi, model, dan duta.

Ia didukung penuh oleh masyarakat lokal, teman-teman, serta Regional Director Kalimantan Timur, yang menurutnya amat setia mendampinginya dari masa persiapan hingga malam grand final,

“Termasuk dalam hal busana, makeup, dan hal-hal teknis,” tukasnya.

Kini, Dhea sedang mempersiapkan diri untuk melancong lebih jauh: mewakili Indonesia di ajang International tahun 2026.

Pun masih muda, ia sudah memahami suara seorang anak daerah bisa menggema di ruang-ruang global.

“Saya tidak ingin hanya menjadi representasi daerah, saya ingin menjadi gerakan yang hidup. Yang menyentuh. Yang mengajak generasi muda untuk saling mendengar dan bergerak bersama,” tutupnya. (*)