Balikpapan – PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) kembali mencatat kemajuan penting dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan Lawe-Lawe. Sejumlah fasilitas utilitas utama kini berhasil melewati tahap commissioning dan awal pengoperasian (start-up), menandai kesiapan kilang dalam memasuki fase operasi Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC).
Beberapa unit pendukung yang telah beroperasi meliputi sistem pengolahan air laut (Sea Water Reverse Osmosis / SWRO), air payau (Brackish Water Reverse Osmosis / BWRO), fasilitas pendingin air (Cooling Tower), serta sistem udara tekan (Instrument Air dan Plant Air). Fasilitas-fasilitas ini memiliki peran penting untuk menjamin pasokan air dan udara bertekanan yang dibutuhkan dalam proses produksi serta pengendalian peralatan kilang.
Vice President Legal & Relation PT KPB, Asep Sulaeman, menjelaskan bahwa keberhasilan pengoperasian fasilitas tersebut menjadi langkah strategis dalam memastikan kesiapan operasional kilang modern Pertamina.
“Melalui fasilitas ini, kami memastikan suplai air dan udara berjalan stabil agar seluruh proses kilang beroperasi secara efisien dan aman. Capaian ini juga menjadi bukti kesiapan sistem pendukung sebelum memasuki tahap start-up unit utama RFCC,” ujar Asep.
Fasilitas Sea Water Intake (SWI) dengan tiga unit pompa berkapasitas total 22.500 meter kubik per jam (m³/jam) mengalirkan air laut ke lima unit SWRO yang mampu menghasilkan air tawar sebanyak 4.115 m³/jam melalui proses penyaringan berbasis membran.
Selain itu, fasilitas BWRO berkapasitas 3.500 m³/jam digunakan untuk mengolah air payau menjadi air tawar. Kedua fasilitas ini menghasilkan air proses berkualitas tinggi yang akan digunakan untuk berbagai kebutuhan operasional kilang, seperti sistem pendinginan dan bahan baku ketel uap (boiler).
Teknologi Reverse Osmosis (RO) yang diterapkan di RDMP Balikpapan memungkinkan pemisahan garam, logam berat, dan partikel halus dari air, sehingga menghasilkan air dengan kemurnian tinggi. Dengan sistem ini, RDMP Balikpapan menjadi salah satu kilang modern di Indonesia dengan kapasitas pengolahan air terbesar yang mampu memenuhi kebutuhan operasionalnya secara mandiri.
Untuk menjaga stabilitas suhu proses produksi, KPB juga mengoperasikan dua fasilitas Cooling Tower dengan total tujuh sel berkapasitas 29.999 m³/jam dan sepuluh sel berkapasitas 47.800 m³/jam. Air hasil pendinginan dari fasilitas tersebut disirkulasikan kembali ke berbagai unit proses seperti heat exchanger dan kompresor guna menjaga efisiensi energi.
Selain pengolahan air, sistem udara tekan Instrument Air dan Plant Air turut memainkan peran vital dalam pengendalian sistem otomatisasi kilang. Udara ini digunakan untuk mengoperasikan katup dan peralatan kontrol agar seluruh proses berjalan presisi dan aman.
Seluruh fasilitas utilitas tersebut terhubung dengan Utilities Control Room (UCR), pusat kendali terintegrasi yang memantau kinerja sistem secara real-time.
“Beroperasinya sistem utilitas ini menjadi fase penting dalam perjalanan proyek menuju operasi penuh. Kami memastikan seluruh sistem terintegrasi dengan baik dan siap mendukung tahapan commissioning dan start-up berikutnya,” tambah Asep.
Keberhasilan integrasi sistem utilitas ini menegaskan kesiapan RDMP Balikpapan dalam menghadapi tahapan operasi utama RFCC. Langkah ini juga menjadi bagian dari komitmen Pertamina dalam memperkuat ketahanan energi nasional melalui modernisasi kilang yang berkelanjutan dan efisien.







