Mantan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bontang, Mardi Raharjo (aset: katakaltim.com)

Mantan Pimpinan Muhammadiyah Bontang Dukung Penuh Chusnul Dhihin Maju di Pilkada

Penulis : Agu
20 June 2024
Font +
Font -

Bontang — Mardi Raharjo, merupakan mantan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bontang periode 2015-2020, menyatakan dikungannya terhadap Chusnul Dhihin. Dia bilang, kedekatannya dengan Chusnul seperti anak dan bapak.

“Chusnul itu anak angkat saya. 33 tahun yang lalu, kamu belum lahir, saya sudah ketemu Chusnul. Dia baik sama saya. Kebetulan dia seorang Nahdliyin, saya Muhammadiyah. Hubungan kita baik sekali,” ucapnya saat ditemui katakaltim.com, Rabu (19/6).

“Nahh kemarin saya terkejut kok ada gambarnya di baliho, ada apaaa lagi ini kok nggak jellas. Aku tanya-tanya Chusnul, sekalinya dia mau mencalonkan. Jadi yaa secara pribadi saya sangat mendukung,” tambahnya.

Baca Juga: Ilustrasi Pilkada Bontang (aset: kolase/katakaltim)Bacalon Wakil Wali Kota Bontang Chusnul Dhihin Klaim 70 Persen Suara

Dikemukakannya, secara lembaga Muhammadiyah tidak boleh dukung-mendukung. Alasannya, Muhammadiyah dilahirkan untuk mengayomi masyarakat.

Baca Juga: Ilustrasi mantan Pimpinan Muhammadiyah Bontang Mardi Raharjo, Bacalon Wakil Wali Kota Bontang Chusnul Dhihin, dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bontang, Mustamar (aset:kolase/katakaltim.com)Klarifikasi Pernyataan Dapat Dukungan Muhammadiyah Bontang, Ternyata Begini Maksud Chusnul Dhihin

“Kalau Muhammadiyah nggak boleh dukung mendukung, kalau secara pribadi silahkan. Muhammadiyah ini kan bukan organisasi politik, tapi organisasi sosial kemasyarakatan. Artinya Muhammadiyah dihibahkan untuk segala aspek kehidupan masyarakat, tak hanya politik kan,” terangnya.

Lebih jauh Mardi menyeru tak perlu kesal jika beda pilihan politik. Baginya, NU dan Muhammadiyah punya tujuan yang sama.

“Jadi, orang beda pilihan itu biasa aja. Muhammadiyah dan NU itu sama aja kok. Pendirinya aja, KH Ahmad Dahlan dan Mbah Hasyim Asy’ari, itu konco. Mereka bagi tugas, satu di Jogja, satunya di Jawa Timur,” terangnya.

“Kebetulan kondisi sosial masyarakat di kedua daerah itu beda, makanya perilaku keduanya juga beda,” pungkasnya. (*)

Font +
Font -