SAMARINDA — Aliansi Masyarakat Sipil Setara, yang tergabung dari beberapa organisasi, lembaga dan individu, menggelar Aksi Kamisan dalam rangka memperingati momentum Internasional Women Day (IWD), Kamis 6 Februari 2025.
Aksi yang mengusung tema "Perempuan Melawan dan Menggugat Negara" itu berlangsung di Teras Samarinda, tepat di depan Kantor Gubernur Kaltim.
Pihak Aksi Kamisan, Naya (24) mengatakan tema ini berangkat dari minimnya perhatian pemerintah terhadap isu-isu perempuan.
Aksi Kamisan, Naya (24), Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Mulawarman (dok: ali/katakaltim)
Itu dilihat dalam 100 hari masa kerja Pribowo-Gibran yang hampir tidak menyinggung soal isu gender dan perlindungan perempuan.
"Kita melihat bahwa pemerintah hari ini tidak hadir pada isu-isu perempuan," ucapnya kepada Katakaltim saat ditemui usai kegiatan berlangsung.
Isu perempuan yang diangkat pada Aksi Kamisan Kaltim pekan ke-378 ini merupakan bentuk agitasi kepada masyarakat agar melihat kembali isu-isu perempuan yang terjadi belakangan.
"Dalam aksi kamisan ini kita mencoba mengorganisir dan berkampanye, agar orang-orang bisa tersounding di aksi puncak IWD pada tanggal 8 nanti," ujar Naya.
Menurut Naya, saat ini perempuan masih dibebankan dengan kerja-kerja domestik sehingga urusan mengenai dapur, pangan, masih diidentikkan dengan perempuan.
Sehingga perempuan mendapatkan peran ganda dan pada akhirnya menjadi korban atas paradigma (pandangan) ini.
"Bahkan banyak kejadian-kejadian yang menelan korban perempuan, seperti saat kelangkaan gas," pungkasnya.
Aksi Kamisan Kaltim rutin digelar tiap hari kamis. Berawal dari seorang perempuan, Maria Catarina Sumarsih (72).
Catarina adalah ibu yang mencari keadilan di hadapan Istana Negara, atas kematian anaknya, Norma Irmawan alias Wawan, yang diduga ditembak aparat pada Tragedi Semanggi I, yang sampai kini belum mendapat kejelasan.
Aksi Kamisan ini tidak hanya dilakukan di depan istana negara, berbagai daerah juga menggelar aksi tersebut dengan isu yang berbeda-beda.
Kata Naya, spirit Maria Catarina Sumarsih, alias Ibu Sumarsih, pun menjadi cikal bakal Aksi Kamisan Kaltim.
"Berawal dari situ juga, ketertindasan seorang perempuan yang jarang dilihat oleh banyak masyarakat, bagaimana konsistennya seorang ibu mencari keadilan," terangnya.
Naya berharap, Aksi ini bisa menjadi pemantik kemarahan masyarakat, bahwa sampai hari ini, perempuan, masyarakat adat dan banyak kasus lainnya, tidak kunjung mendapatkan keadilan pun kesejahteraan sebagaimana yang dijanjikan penguasa.
"Maka dari itu mari bersama-sama mengorganisir kemarahan atas itu untuk membuat perlawanan," tutupnya. (*)
Hidup Korban, Jangan Diam,
Jangan diam, Lawan!
Merawat Ingatan,
Menolak Lupa.