KUKAR — Ratusan nelayan Marangkayu gelar aksi unjuk rasa menuntut ganti rugi dari Perusahaan Energi Unggul Persada (PT EUP), Rabu 14 Mei 2025.
Aksi tersebut merupakan buntut dugaan pencemaran laut yang menyebabkan ribuan ikan mati mendadak.
Aliansi Gabungan Nelayan Marangkayu gelar aksi dengan memblokade gerbang masuk PT EUP.
Koordinator aksi, Nina Iskandar mengatakan ini akan digelar selama 7 hari berturut-turut jika tuntutan tak diindahkan.
Kata dia, beberapa waktu terakhir nelayan yang mencari ikan di wilayah itu terus merugi. Hasil tangkapan mereka terus berkurang.
“Selama kejadian itu, nelayan ini merugi. Makanya kami minta ganti rugi,” kata Nina mengutip expresi.
Dari data yang dia perolah, 185 nelayan yang mengalami kerugian. Bahkan sudah banyak yang berutang.
“Hutangnya di mana-mana, yang kami data sementata segitu (185), kemungkinan masih bertambah,” bebernya.
Untuk itu nelayan meminta ganti rugi sebesar Rp 48 juta rupiah tiap 1 nelayan. Dengan kumulasi kerugian selama 30 hari.
“Ini akumulasi seluruh kerugian nelayan selama sebulan. Rata-rata nelayan sebelum ada kejadian ini bisa dapat Rp1,5 juta setiap melaut,” tandasnya.
Sementara, Humas PT EUP Jayadi menyebut selama ini perusahaan tidak pernah memberi bantuan berupa uang tunai ke masyarakat.
Melainkan bantuan berupa barang atau program “Tidak, kita belum pernah kasih bantuan berupa uang tunai,” kata Jayadi.
Katanya, setelah kejadian ribuan ikan mati mendadak, PT EUP telah bertemu dengan kelompok nelayan.
Hasil pertemuan itu, sudah ada 271 nelayan yang terdata dan akan diberi bantuan.
“Kita sudah siapkan bantuan, jaring. Satu nelayan dapat tiga set,” jelasnya.
Diketahui, PT EUP merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan minyak sawit atau CPO yang terletak di Kota Bontang.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah nelayan protes karena ribuan ikan mati mendadak.
Setelah diuji lab, sampel menunjukkan ternyata bukan limbah perusahaan yang jadi penyebabnya.
Pun demikian, sejumlah warga masih ragu terhadap uji lab tersebut.
Sebab sampel dinilai tidak komprehensif. Terlebih lagi hasil lab-nya dinilai sangat lambat keluar setelah sampel diambil di lokasi, perairan Bontang Lestari. (*)