KUTIM — Seorang warga binaan Lapas Bontang meninggal dunia setelah diduga mengalami penganiayaan.
Inisialnya D, warga Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Ia mengembuskan nafas terakhirnya pada 10 Maret 2025 di rumah sakit umum Taman Husada, Kota Bontang.
Pihak Lapas Kelas II A Bontang mengklarifikasi ihwal kematian D sehari setelah kabar meninggalnya di rumah sakit.
Baca Juga: Dugaan Kampanye Terselubung Udin Mulyono, Wali Kota Penuhi Panggilan Bawaslu Bontang
Kepala Lapas Bontang, Suranto, mengaku penyebab kematian D sesuai surat keterangan dokter.
Dalam keterangan itu katanya almarhum punya penyakit tuberkulosis (TBC), gangguan hati, dan penyakit ginjal.
"Penyebab kematian sesuai dengan surat keterangan dari dokter," katanya, Selasa 11 Maret 2025.
Almarhum sebelumnya menjalani hukuman di ruang isolasi sejak 22 Februari 2025 akibat pelanggaran tata tertib.
Namun, karena kondisi kesehatannya menurun, ia harus dikeluarkan dan dirawat di klinik lapas sejak Minggu 9 Maret 2025.
Keluarga korban menduga kematian D bukan karena penyakit. Tapi dibunuh.
Sebab keluarga D menyaksikan langsung adanya tanda-tanda penganiayaan.
Seperti bengkak, berdarah di kepala, goresan punggung belakang yang bengkak biru, dan kaki berdarah.
Keluarga almarhum pun mengharapkan penyelidikan transparan atas kasus ini.
"Keluarga saya cari keadilan untuk adek saya, semoga polisi bisa mengungkap," harap keluarga korban.
Kapolres Bontang, AKBP Alex Frestian Lumban Tobing, melalui Kasat Reskrim AKP Hari Suprapto, telah menerima kabar tersebut sesaat setelah adanya video yang viral.
Alex pun menegaskan pihaknya akan menuntaskan persoalan ini dan melakukan penyelidikan mendalam.
"Pastinya semua orang yang kita perkirakan mengetahui akan kita mintai keterangan,” tegasnya.
Polres Bontang berjanji melakukan penyelidikan secara transparan dan profesional untuk mengungkap fakta di balik kematian D.
Keluarga almarhum membeberkan adanya kejanggaan dalam peristiwa ini.
Sebab pihak Lapas Bontang tidak bersegera menginformasikan kematian D di rumah sakit.
Kuasa hukum keluarga D, Bahtiar mengaku bahkan Lapas Bontang tidak memberi informasi kepada pihak keluarga saat almarhum dibawa ke rumah sakit.
Tindakan pihak Lapas Bontang itu membuat Bahtiar curiga.
Karena setelah beberapa jam, baru lah keluarga D diberi kabar ihwal kematiannya.
"Dikabari beberapa jam setelah (D) meninggal. Dari sini udah janggal. Kenapa lama diinformasikan?” cecar Bahtiar dalam konferensi persnya di Sangatta, Rabu 12 Maret, usai sholat tarawih.
Lebih jauh, setelah keluarga tiba di rumah sakit Taman Husada Bontang, almarhum sudah mau dinaikkan ke mobil jenazah untuk di bawa pulang.
Tapi saat itu keluarga bersegera meminta agar tubuh almarhum diperiksa secara langsung.
Saat kain penutup dibuka, keluarga menemui banyak luka lebam dan memar pada tubuh almarhum.
Menyaksikan fakta itu, keluarga meyakini ada tindakan pemukulan dan penyiksaan terhadap D.
Bahkan pihak korban membeberkan pernyataan dokter yang mengaku adanya bekas atau tanda akibat benda tumpul ke tubuh D.
"Dokter yang menangani juga mengungkapkan luka memar ada akibat hantaman benda tumpul," ungkapnya.
Lebih jauh Bahtiar mengutarakan bahwa keluarga D tidak pernah menyampaikan agar D tidak perlu divisum.
Keluarga hanya tidak ingin dilakukan autopsi sebab bisa memakan waktu lama.
“Tapi kami tetap melakukan visum yang dibantu kepolisian," bebernya.
Ayah almarhum, Juliansyah, juga meyakini betul sejumlah informasi yang disampaikan Lapas Bontang susah masuk di akal.
Ia mengaku bahwa memang anaknya memiliki riwayat penyakit asma.
Tapi, menurut Juliansyah, asma yang diidap anaknya itu tidak akut, dan tidak sampai menyebabkan kematian.
Untuk itu dia sangat meyakini anaknya meninggal dampak dari adanya siskaan.
"Ini bukan karena asmanya. Banyaknya luka di badan anak kami yang jadi sebab kematian," yakin Juliansyah.
Dia pun meminta secara tegas agar kebenaran di balik kematian anaknya diungkap secara terang.
Berharap agar kasus ini tidak menimpa sejumlah tahanan yang ada di Lapas Bontang.
"Cukup anak kami yang terakhir begini. Jangan sampai ada napi-napi lain seperti dia," pungkasnya. (*)