BONTANG — Warga Tihi-Tihi, Kota Bontang, khawatir betul hasil panen rumput laut mereka semakin sedikit.
Salah satu penduduk Tihi-Tihi mengaku produksi rumput lautnya terus menurun sejak 3 bulan belakangan.
“Produksi rumput laut menurun 3 bulan yang lalu, ya sekitar 2 sampai 3 bulan,” ucap warga yang meminta untuk tidak disebutkan namanya saat melaporkan situasi ini kepada katakaltim, Jumat 17 Oktober 2025.
Dia menerangkan, masalah kurangnya hasil panen sebagian karena penyakit rumput laut.
Namun, yang disesalkan warga, mereka menilai ada limbah berupa minyak yang memengaruhi pertumbuhan rumput laut mereka.
Bahkan dalam pantauan mereka, baru saja 2 kali limbah tersebut menyentuh area penanaman rumput laut, dampaknya sudah sangat signifikan.
“Sekitar 2 Minggu, 2 kali dampak limbah pabrik minyak, itu sangat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut keseluruhan di Tihi-Tihi,” bebernya.
Warga Menjerit
Kekhawatiran mereka menanam rumput laut bukan tanpa sebab.
Warga di sana harus mengeluarkan uang tidak sedikit untuk menanam benih.
Diinformasikan, sekitar 4 lokasi yang diduga terdampak limbah. Untuk 1 lokasi, mereka butuh budget (uang) sekitar Rp7,5 juta.
Jangan sampai, mereka menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk menunggu ketidakpastian akibat dugaan limbah tersebut.
“Kalau begini kasihan petani, habis semua rumput lautnya kena penyakit. Jadi kita khawatir nebar benihnya,” ungkapnya.
Menurut warga, katanya jika dalam situasi normal, hasil panen mereka bisa menghidupi keluarga. Cukup untuk dapur keluarga.
Tapi kalau tidak normal, mereka menjerit. Sebab penghasilan mereka cukup bergantung di pekerjaan tersebut.
“Ini betul-betul sangat memberatkan kami sebagai petani mandiri,” ucapnya bercampur kesal.
Agus Haris Bicara
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bontang, Agus Haris menyampaikan Bontang punya potensi besar di sektor kelautan. Sebab lautnya lebih luas ketimbang daratnya.
Pernyataan itu Agus Haris sampaikan usai melepas ekspor rumput laut pada Jumat 29 Agustus 2025.
Tantangan serius bagi Agus Haris adalah menjaga kebersihan laut dari pencemaran minyak dan gas, yang berisiko merugikan petani rumput laut.
Untuk itu, ia meminta perhatian serius Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bontang, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian, serta instansi terkait supaya budidaya rumput laut tetap berkelanjutan.
“Ini harus kita tangani secara serius ini,” ucap politisi Gerindra itu. (agu)











