BONTANG — Ketua Komite I DPD RI Dapil Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Sofyan Hasdam menyerap aspirasi guru-guru di Kota Bontang, Rabu (6/11/2024) siang, tepatnya di Gedung Muhammadiyah Bontang, Jalan Jendral Ahmad Yani.
Beberapa persoalan mencuat dalam diskusi terbuka itu, seperti pentingnya kehadiran sekolah inklusi dan peranannya di tengah masyarakat.
Baca Juga: Neni Moerniaeni Laporkan Udin Mulyono Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik
Menanggapi problem tersebut, Andi Sofyan memaparkan pengalaman dia tatkala menjadi orang nomor satu Kota Bontang. Katanya, dia pernah berkunjung ke New Zealand atau Selandia Baru.
Baca Juga: THM Bontang Ditutup, Pemkot : Masyarakat Jaga Kondisifitas Ramadhan
Di sana Andi Sofyan menemukan ada banyak sekolah inklusi. Di mana, sekolah itu menyatukan anak-anak dengan dan tanpa berkebutuhan khusus untuk belajar bersama.
Sekolah inklusi, kata Andi Sofyan, menerapkan pendekatan belajar yang jauh berbeda dari sekolah pada umumnya, sehingga anak-anak mampu berkembang sesuai bakat dan potensi mereka.
“Saya beberapa tahun lalu sempat ke New Zealand. Di sana memang banyak sekolah inklusi. Anak-anak berkebutuhan khusus, bergabung dengan anak-anak normal,” ucap Andi Sofyan di hadapan puluhan guru.
Pun demikian, Andi Sofyan menambahkan, jika guru tidak memiliki keahlian, bisa saja berdampak pada kemungkinan anak-anak yang dianggap normal melakukan praktek yang tidak diinginkan kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
“Atau kalau anak normal juga tidak sabar, ini juga bisa bahaya. Malah sesama orang tua nanti bisa bertengkar. Kalau memamg diinginkan sekolah inklusi, maka gurunya harus diberi keterampilan khusus,” ucapnya.
Problem lain yang mengendus dalam pertemuan itu adalah kebanyakan guru negeri yang mengajar di sekolah swasta, ditarik ke sekolah negeri. Padahal peranan negeri hadir untuk mensupport sekolah swasta.
Mengingat pendidikan swasta telah memberikan kontribusi besar dalam memcerdaskan bangsa ini. Misalnya, Muhammadiyah, kata Andi Sofyan. Bahkan perguruan tinggi Muhammadiyah lebih banyak jumlahnya ketimbang perguruan tinggi negeri.
“Harusnya negeri itu mem-backup swasta. Karena terbukti swasta salurkan banyak kontribusi untuk bangsa ini,” tuturnya.
Andi Sofyan lebih jauh menceritakan perjalanannya di Kanaan, Kota Bontang. Dia tampak menyayangkan salah satu sekolah swasta di sana tidak lagi punya murid.
“Tadi malam saya di Kanaan, ada satu sekolah swasta tidak ada lagi muridnya. Bagaimana mau ada murid, dihabisi dulu di negeri, masih ada sisa, eh buka lagi kelas baru,” ucapnya
Persoalan lain yang juga tak kalah penting dalam pertemuan itu adalah guru-guru swasta, yang pendapatannya sangat senjang dengan mereka yang berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Dan beberapa keluhan lain seperti zonasi dan sebagainya.
Mendengar beberapa keluhan tersebut, Andi Sofyan mengaku, sekalipun Komite-nya banyak berkaitan dengan pemerintahan, namun semua problem ini dapat dikomunikasikan dengan kementerian, bahkan bisa dilakukan intervensi agar segera diselesaikan.
“Insyaallah saya bawa nanti. Apalagi menteri sekarang mudah kita ketemu. Asal ada di Jakarta, itu udah gampang,” tandas Andi Sofyan. (*)