Payload Logo
-40220251125184631143
Dilihat 0 kali

Kepala DLH Balikpapan, Sudirman Djayaleksana. (dok : hlm/KataKaltim)

Program Edukasi DLH Balikpapan Sasar Pelajar, Investasi Lingkungan untuk Masa Depan

Penulis: Han | Editor:
29 Juli 2025

Balikpapan – Upaya menciptakan kota yang bersih dan ramah lingkungan tidak hanya dilakukan lewat pengelolaan sampah atau penindakan di lapangan. Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kini mulai menyasar generasi muda, khususnya pelajar, sebagai bagian dari strategi jangka panjang menjaga kelestarian lingkungan.

Melalui program pembelajaran berbasis wawasan lingkungan, DLH ingin menanamkan kepedulian terhadap kebersihan dan lingkungan hidup sejak dini.

“Jadi kita tanamkan sedini mungkin kepada anak-anak. Harapannya, budaya lingkungan bersih itu akan terbawa hingga mereka dewasa,” kata Kepala DLH Balikpapan, Sudirman Djayaleksana, Selasa (29/7/2025).

Sudirman menegaskan, pendidikan lingkungan bagi pelajar bukan soal hasil instan. Menurutnya, ini adalah investasi jangka panjang yang hasilnya mungkin baru akan terasa lima atau sepuluh tahun ke depan.

“Seperti menanam pohon. Hari ini kita tanam, hasilnya baru bisa dipetik nanti. Tapi kita yakin, itu akan memberi dampak besar,” ujarnya.

Dalam pelaksanaannya, DLH bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Balikpapan. Program ini dikembangkan dalam bentuk mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) yang diterapkan di bangku kelas 4 hingga 6 Sekolah Dasar.

Materi pembelajaran difokuskan pada pengelolaan sampah, seperti membuat pupuk kompos dari sampah organik. Aktivitas sederhana ini dinilai bisa menumbuhkan kesadaran sejak dini, sekaligus mendorong perubahan perilaku di lingkungan rumah.

“Kalau anak-anak diajarkan bikin kompos lalu praktik di rumah, orang tua pasti ikut terlibat. Dari situ bisa mulai muncul kebiasaan memilah sampah, dari organik dan non-organik,” jelas Sudirman.

Ia menambahkan, pendekatan edukatif ini diharapkan bisa menular secara positif ke lingkungan sekitar anak—keluarga, tetangga, bahkan komunitas.

“Dari sekolah ke rumah, dari rumah ke masyarakat. Itu yang kami harapkan,” tambahnya.

Sudirman juga menyinggung perbandingan dengan negara lain seperti Jepang, yang dinilai berhasil dalam pengelolaan sampah berkat kesadaran masyarakat yang tinggi dan dukungan teknologi yang mapan. Meski Indonesia masih punya tantangan dalam hal teknologi, Sudirman yakin peningkatan kesadaran masyarakat bisa menjadi titik awal penting menuju pengelolaan sampah yang lebih baik.

“Kita belum seideal Jepang, tapi semangat untuk berubah sudah ada. Dan itu harus kita mulai dari anak-anak,” tutupnya.