SAMARINDA — Seorang politisi Gerindra, Seno Aji, menjadi pembicara kunci atau keynote speaker dalam agenda kampus di Universitas Mulawarman (Unmul) Kota Samarinda, Selasa 5 Agustus 2025.
Seno Aji, yang juga sedang memegang amanah rakyat sebagai Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Wagub Kaltim), juga hadir bersama militer dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Unmul.
Sejumlah mahasiswa pun tidak sepakat dengan kedatangan mereka. Belum lagi mereka dinilai mendominasi dalam panggung akademik tersebut.
Bukan saja dari kalangan mahasiswa, dosen senior pun melontarkan kritiknya. Namanya Herdiansyah Hamzah. Sering disapa koleganya dengan julukan Castro. Dia adalah dosen fakultas hukum. Dan tentu saja adalah pakar hukum.
Dia mengaku bahwa fenomena kedatangan militer dan penguasa di depan ribuan mahasiswa baru Unmul itu membuatnya sontak dan geleng-geleng kepala.
Untuk itu dia menegaskan, supaya kampus terbesar di Benua Etam ini tetap memelihara nalar dan tradisi atau budaya akademiknya, maka harus dilontarkan kritik.
“Ini harus kita kritik,” tegas Castro dalam keterangan singkatnya yang diterima, Rabu 6 Agustus 2025.
Castro pun heran. Alih-alih judul pertemuan tersebut adalah pengenalan kampus, malah jadi pengenalan pejabat.
“Katanya Wagub keynote speaker di PKKMB ya? Padahal bukannya ini kegiatan pengenalan kehidupan kampus ya? Bukan pengenalan pejabat kan?,” tanya dia meyakinkan bahwa PKKMB Unmul kali ini sarat akan penyusupan politisi.
Olehnya, Castro amat menyayangkan, ribuan mahasiswa yang baru saja menyelesaikan studi pendidikan menengah atas, sudah diajarkan “bermesra-mesra” dengan para penguasa.
“Sayang sekali saat pertama kali mahasiswa baru menginjakkan kaki di kampus, tapi mereka sudah diajarkan ‘bermesraan’ dengan kekuasaan,” sesalnya.
Lebih jauh lagi, kehadiran TNI yang diwakilkan Kodam Mulawarman, dinilai sebagai bentuk penundukan pikiran mahasiswa alias indoktrinasi kampus.
“Ini bentuk indoktrinasi. Kalau urusan cinta tanah air, saya lebih percaya rektor atau dosen-dosen pengajar kewarganegaraan dan Pancasila. Kalau urusan kedisiplinan, kita bisa belajar dari orang sipil seperti Hatta, tidak harus dengan militer,” tegasnya. (*)











