Drumpikon di bawah kolong rumah berwarna biru dan IPAL Komunal berwarna putih di kawasan Tanjung Limau (dok: ag/katakaltim)

Sejumlah Warga Kelurahan Gunung Elai Keluhkan Dampak Pemasangan Drumpikon

Penulis : Caca
 | Editor : Agu
19 May 2024
Font +
Font -

Bontang — Sejumlah warga Kelurahan Gunung Elai mempersoalkan kondisi drumpikon yang menjadi program Puskesmas Bontang Utara 1.

Program Teknologi Tepat Guna (TTG) ini sebagai upaya menghentikan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau jamban cemplung di kawasan pesisir.

Namun, drumpikon ini nyatanya belum bekerja optimal. Karena dilaporkan warga baunya sangat menyengat.

Baca Juga: Kepala UPT Puskesmas Bontang Utara I bersama timnya saat berkunjung ke Tanjung Limau (dok: katakaltim)Warga Tanjung Limau Keluhkan Bau Tak Sedap Akibat Pemasangan Drumpikon, Pihak Puskesmas Langsung Tinjau Lokasi

Bahkan ada warga yang bilang kadangkala mereka susah makan akibat bau yang menyengat itu.


"Kami setiap selesai buang air itu pasti naik baunya, apalagi kalau subuh, sekitaran di sini itu bau sekali, dari tempat pembuangan itu, mungkin karena banyak yang buang air kalau subuh," ungkap salah seorang warga saat ditemui katakaltim, Rabu (15/5).

Warga lain juga melaporkan program ini akan digalakkan kembali untuk tahap kedua, "Ini baru ada 15 yang pasang untuk tahap pertama, katanya nanti ada tahap kedua karena masih ada yang belum dapat.”

"Jadi kalau nanti ditambah dan tidak ada solusinya, maka di daerah sini pasti tambah bau. Padahal kita ini sudah melakukan yang dianjurkan tentang perawatannya, disiram pakai air cucian beras, tidak pakai cairan pembersih toilet pada umumnya, tapi yaa masih begini," keluh warga.

Tak jauh dari situ, warga lainnya juga mengungkapkan telah melaporkan ini ke Kelurahan, namun dia masih menunggu pengerjaannya.

“Sudah sempat kami laporkan tapi bilangnya mau ditambahkan pipa, hanya saja sampai sekarang belum ada survey-nya," bebernya.

Meski begitu salah seorang warga lainnya mengakui drompikon ini punya ketahanan lebih baik ketimbang IPAL Komunal yang sebelumnya digunakan.

“Iya ini sudah kurang lebih 5 bulan masih tahan. Kalau yang dulu itu baru beberapa minggu langsung bocor. Soal baunya, hampir sama juga. Tapi yang dipasang dari puskesmas ini sangat tahan,” terangnya.

Dikonfirmasi ketua RT 1, dia justru mengatakan pemasangan drumpikon itu pertama kali di rumahnya dan mengaku sama sekali tidak ada aroma seperti yang disampaikan warga sebelumnya.

“Rumah saya percontohan di Bontang, sampai sekarang ndak bau. Kalau memang bau kan ada solusinya,” katanya saat ditemui katakaltim, Kamis (16/5).

“Nahh ini saya tunggu pak Joko, katanya mau ke lapangan ini. Soalnya wargaku banyak yang kerja. Nanti pak Joko kerjakan sendiri,” tambahnya.

Tetangga Ketua RT juga mengaku selama drumpikon dipasang tidak seperti penjelasan warga sebelumnya. “Ahh ndak, kalau di sini aman saja. Tidak ada yang bau,” tuturnya.

Dikonfirmasi pihak terkait, Kepala UPT Puskesmas BU 1 dr. I Wayan Santika, dia bilang sementara membicarakan ini dengan ahlinya.

“Saya sementara bicarakan sama Joko ini, akan dieksekusi secepatnya,” ucap I Wayan saat dihubungi katakaltim pada Minggu (19/5).

“Terimakasih banyak kepada warga yang sudah beri kita masukan. Kita akan selesaikan segera,” singkatnya. (*)

Font +
Font -