Kepala UPT Puskesmas Bontang Utara I bersama timnya saat berkunjung ke Tanjung Limau (dok: katakaltim)

Warga Tanjung Limau Keluhkan Bau Tak Sedap Akibat Pemasangan Drumpikon, Pihak Puskesmas Langsung Tinjau Lokasi

Penulis : Agu
4 May 2024
Font +
Font -

Bontang — Beberapa warga Tanjung Limau mengeluhkan bau tak sedap akibat pemasangan Drumpikon (drum pipa konstentrasi) alias septic tank yang menggunakan drum.

Dibeberkannya, Drumpikon yang terpasang tepat di bawah kolong rumah itu menimbulkan bau tak sedap, apalagi di kala subuh dan saat buang air besar (BAB).

“Ini kalau buang air besar humhh baunya busuk sekali. Beberapa warga juga di sini keluhkan itu,” beber penduduk Tanjung Limau, Haslinda saat dikunjungi wartawan katakaltim.com pada Sabtu 4 Mei 2024.

Baca Juga: Sebanyak 343 KPPS Kelurahan Api-Api resmi dilantik (Foto: Katakaltim)H-20 Pemilu, Ratusan KPPS Kelurahan Api-Api di Bontang Dilantik 

“Baunya luar biasa, apalagi kalau subuh, wuhh bau sekali. Kemarin kita rame-rame mau ke kelurahan ngomongin soal ini,” ucapnya saat mendapat kunjungan langsung dari pihak puskesmas.


Diketahui, Drumpikon ini merupakan inisiasi Puskesmas Bontang Utara I (BU 1) beberapa waktu lalu.

Inovasi ini bagian dari Program Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam rangka Open Defecation Free (ODF) atau Stop BAB Sembarangan (SBS). Demikian kata Kepala UPT Puskesmas BU 1, dr I Wayan Santika kepada katakaltim.com.

Ia mengatakan, inovasi ini diusung lantaran warga Bontang yang BAB langsung ke laut nyatanya tidak sedikit.

Padahal kata dia, jenis jamban cemplung seperti itu terkategori tidak sehat dan dapat mencemari lingkungan sekitar.

Ditambahkannya program ini juga menunjang Pola Hidup Bersih dan Sehat atau (PHBS) yang jelas mendukung terealisasinya kota sehat.

“Ini mendukung PHBS dan bisa menekan kasus stunting,” ucap I Wayan saat meninjau langsung lokasi pemasangan Drumpikon di Tanjung Limau, Sabtu 4 Mei 2024.

Menanggapi keluhan warga, I Wayan Santika menyebut bakal segera menyelesaikannya. “Kita akan segera komunikasi pak Lurah dan menuntaskan masalah ini,” katanya.

Dijelaskannya, dalam kondisi pasang, air laut bisa masuk ke Drumpikon yang pemasangannya rendah. Akibatnya, kata dia, air laut itu membunuh bakteri yang ada di dalam.

“Nahh memang kalau air pasang, kan air laut masuk dan bakterinya mati. Masing-masing rumah kan beda-beda pemasangannya. Ada yang lebih rendah, ada yang tinggi. Nahh yang rendah ini masuk air laut di situ,” terangnya.

Lebih lanjut I Wayan menyampaikan terima kasih kepada warga yang telah melaporkan keluhannya itu. Karena pihaknya tidak akan tahu bagaimana kondisi Drumpikon jika warga tidak berkomentar.

“Masukan warga itu sangat penting, syukurnya warga tidak bongkar ini. Nanti kita komunikasi sama Lurah bagaimana penyelesaiannya. Kita juga sudah tau dan kita panggil ahlinya nanti,” ucap dia.

Sementara itu, Joko Sugianto selaku orang yang terlibat langsung dalam inovasi Drumpikon dan person yang aktif dalam persoalan kesehatan lingkungan di Kota Bontang mengatakan bakal segera menindaklanjuti keluhan warga itu.

Senada dengan I Wayan, ia memaparkan beberapa rumah di mana Drumpikon terpasang tidak ditemukan masalah. “Jadi ini karena pemasangannya yang rendah makanya begitu. Beberapa rumah tidak begitu,” katanya usai diskusi mendengar keluhan warga.

“Segera kita tindaklanjuti. Bagaimana pun ini kepentingan warga dan lingkungan serta untuk kesehatan kita semua,” pungkasnya. (*)

Font +
Font -