Dibaca
26
kali
Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan gelar bincang-bincang bersama awak media, sampaikan deflasi di Kota Balikpapan dan PPU, Rabu 4 Maret 2025 (dok: hlm:katakaltim)

Balikpapan dan PPU kembali Deflasi di Bulan Februari 2025

Penulis : Hilman
 | Editor : Agu
8 March 2025
Font +
Font -

KALTIM — Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan pada Februari 2025 mengalami deflasi.

Sesuai rilis terkini Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Balikpapan mengalami deflasi sebesar 0,10% bulan ke bulan atau month-to-month (mtm).

Sementara secara tahunan, IHK Kota Balikpapan tercatat inflasi sebesar 0,18% tahun ke tahun atau year on year (yoy).

Baca Juga: Wakil Ketua Komisi I DPRD Balikpapan, Simon Sulean saat ditemui awak media di ruangannya. (Dok: hlm/katakaltim)Wakil Rakyat Minta Pemkot Balikpapan Hadirkan Layanan Administrasi Kependudukan di Kecamatan

Itu lebih tinggi ketimbang nasional yang tercatat deflasi 0,09% (yoy) dan gabungan 4 Kota di Kaltim yang juga deflasi sebesar 0,30% (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kota Balikpapan Robi Ariadi mengatakan penyumbang terbesar deflasi di Balikpapan terutama bersumber dari Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan andil sebesar 2,92% (mtm).

Adapaun lima komoditas utama penyumbang deflasi tertinggi di Balikpapan pada Februari 2025 yaitu tarif listrik, daging ayam ras, kangkung, tomat, dan ikan bandeng.

Penurunan harga tarif listrik didukung oleh kebijakan pemerintah yang memberikan diskon sebesar 50% untuk pelanggan dengan daya hingga 2.200 VA (berakhir Februari 2025) yang merupakan pangsa terbesar dari jumlah pelanggan listrik di Balikpapan.

“Selanjutnya, penurunan harga daging ayam ras disebabkan oleh dukungan produksi dan pasokan yang lancar,” ucapnya dalam agenda bincang-bincang media di Balikpapan, Rabu 4 Maret 2025.

Sejalan dengan itu, penurunan harga kangkung dan tomat didukung oleh produksi yang meningkat, seiring frekuensi curah hujan yang menurun di wilayah Balikpapan.

Sementara itu, penurunan harga ikan bandeng disebabkan oleh pasokan yang lancar, seiring hasil tangkapan nelayan yang meningkat dan kondisi cuaca yang mendukung.

Di sisi lain, 5 komoditas utama yang menyumbang inflasi tertinggi di Kota Balikpapan pada Februari 2025 adalah angkutan udara, emas perhiasan, minyak goreng, beras, dan cabai rawit.

Kenaikan harga angkutan udara disebabkan oleh permintaan yang meningkat memasuki periode libur sekolah awal Ramadhan 2025 (berlangsung 27 Februari hingga 5 Maret 2025).

Sementara, kenaikan harga minyak goreng dan beras karena kenaikan harga dari distributor.

“Selain itu, kenaikan harga cabai rawit oleh pasokan yang menurun akibat curah hujan yang tinggi di wilayah penghasil,” terangnya.

IHK PPU

Senada Kota Balikpapan, IHK Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada Februari 2025 juga mengalami deflasi sebesar 0,45% (mtm).

Sementara secara tahunan, inflasi IHK Kab. PPU juga tercatat deflasi sebesar 0,73% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional dan inflasi gabungan 4 Kota di Kaltim.

Penyumbang terbesar deflasi diPPU terutama bersumber dari Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan andil sebesar 3,29% (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, lima komoditas utama penyumbang deflasi tertinggi yaitu tarif listrik, daging ayam ras, tomat ikan kembung, dan cumi-cumi.

Penurunan harga tarif listrik didukung oleh kebijakan pemerintah yang memberikan diskon sebesar 50% untuk pelanggan dengan daya hingga 2200 VA (berakhir Februari 2025).

“Selanjutnya penurunan harga daging ayam ras didorong oleh dukungan produksi dan pasokan yang lancar,” katanya.

Sementara penurunan harga tomat didukung oleh produksi yang meningkat seiring frekuensi curah hujan yang menurun di wilayah PPU.

Adapun penurunan harga ikan kembung dan cumi-cumi karena pasokan lancar seiring hasil tangkapan nelayan meningkat, didorong kondisi cuaca yang mendukung.

Sementara itu, 5 komoditas utama yang menyumbang inflasi di PPU adalah semangka, ikan layang, kangkung, ikan tongkol, dan cabai rawit.

Kenaikan harga ikan layang, ikan tongkol, dan semangka disebabkan peningkatan permintaan sejalan dengan periode Ramadhan.

Selanjutnya, peningkatan harga kangkung seiring permintaan yang meningkat. Sementara itu, kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh pasokan yang menurun akibat curah hujan yang tinggi di wilayah penghasil.

Kemudian, deflasi yang terjadi di Kota Balikpapan dan PPU pada Februari 2025 lebih dipengaruhi oleh stimulus kebijakan pemerintah, terutama terkait tarif listrik (memiliki bobot konsumsi tinggi).

Ke depan, periode Ramadhan dan Idul Fitri termasuk adanya libur saat awal Ramadan (27 Februari 2025 s/d 5 Maret 2025 SE Disdikbud Balikpapan) diperkirakan akan mendorong peningkatan sisi permintaan.

Peningkatan potensi dari sisi permintaan tersebut selaras dengan hasil survei Konsumen di Balikpapan oleh Kantor Perwakilan BI Balikpapan pada Februari 2025.

Hasilnya menunjukkan bawah level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini masih menunjukkan tingkat optimisme terhadap kondisi ekonomi (nilai indeks diatas 100)

“Meski sedikit melambat dibanding bulan sebelumnya,” jelasnya.

Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tercatat sebesar 129,9.

Lebih lanjut, keyakinan konsumen yang tetap optimis juga terkonfirmasi oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan ekspektasi kondisi ekonomi ke depan (IEK) dengan nilai indeks yang juga masih dalam level optimis.

Tapi, ke depan, inflasi daerah perlu terus diwaspadai, seiring peningkatan permintaan di tengah kondisi curah hujan yang cukup tinggi.

“Di mana itu berisiko mengganggu ketersediaan pasokan pangan, seperti cabai rawit dan cabai merah (saat ini harganya terindikasi meningkat),” terangnya.

Selanjutnya peningkatan sisi permintaan, disebabkan masuknya periode bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri pada Maret 2025, diprakirakan akan mendorong konsumsi sehingga memengaruhi inflasi.

Kantor Perwakilan BI Balikpapan bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Paser akan terus bersinergi antara lain melalui:

1. Pelaksanaan high level meeting TPID.
2. Mendorong penguatan kerja sama antar daerah (KAD) dan peningkatan efektivitas toko penyeimbang.
3. Pelaksanaan gelar pangan murah dan operasi pasar secara intensif.
4. Gerakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura.

Ke depannya, Bank Indonesia akan senantiasa bersinergi dengan berbagai pihak melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

“Untuk menjaga tingkat inflasi daerah pada rentang sasaran inflasi nasional tahun 2025, yaitu sebesar 2,5% ± 1%,” pungkasnya. (*)

Font +
Font -
# ePaper
Lebih Banyak >