Ketua TRC-PPA Kaltim Rina Zainun saat memberi edukasi kepada anak-anak (foto: pribadi)

Tanggapi Maraknya Rudapaksa, Ketua TRC-PPA Kaltim Rina Zainun Beri Saran ke Orang Tua

Penulis : Caca
 | Editor : Redaksi
8 January 2024
Font +
Font -

KATAKALTIM.COM -- Akhir-akhir ini rentetan kasus rudapaksa terjadi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Hal itu membuat Ketua Tim Respon Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC-PPA) Kaltim Rina Zainun mengeluarkan tanggapannya.


Tidak lupa dia menyinggung tindakan bejat yang dilakukan baru-baru ini oleh salah seorang ustadz di salah satu pesantren yang terletak di Kota Taman, Bontang.

Baca Juga: Legislator Kaltim Agiel Suwarno (dok:pribadi)Legislator Kaltim Angkat Bicara Menyangkut Penangkapan Petani di PPU

"Banyak sekali. Ada beberapa kasus asusila antara bapak kandung dengan anak, ayah sambung dengan anak, om dengan keponakan, bahkan yang dilakukan oknum pimpinan ponpes terhadap santri," beber Rina saat dihubungi katakaltim, Senin (8/1/24).

Baca Juga: Polres Kutim dapat penghargaan dari Kemeterian PPA (aset: katakaltim.com)Dapat Penghargaan Kementerian PPPA, Kapolres Kutim Beberkan Masih Banyak Kasus Pelecehan

Saat ditanyai terkait program edukatif untuk mengurangi bahkan menghilangkan kasus asusila tersebut, Rina memberi banyak saran dan menyebut pihaknya telah melakukan banyak kegiatan.

"Kami berkeliling di sekolah dan masyarakat. Memberikan sosialisasi untuk pencegahan kekerasan seksual seperti pendidikan kesehatan reproduksi, sosialisasi mengenai penyakit menular seksual, dan perlindungan diri dari kekerasan seksual. Memberitahukan batasan aktivitas seksual yang dilakukan pada masa perkembangan anak," paparnya.

Lebih jauh dia menerangkan bahwa betapa pentingnya memahamkan kepada anak fungsi bagin-bagian tubuh, khususnya organ reproduksi.

"Kita memperkenalkan bagian tubuh pada anak sedari dini. Hal ini bertujuan untuk mengajari anak apa arti dan fungsi sebenarnya dari bagian tubuh, terutama organ reproduksi yang dimiliki anak," terang Rina.

"Seringkali juga saat kami sosialisasi minta hadirkan orang tua juga agar bisa sekalian parenting, karena penting bagi mereka untuk menggunakan kata-kata yang pantas dalam menyebut bagian tubuh anak," tambahnya.

Dia bilang, hal itu bertujuan agar anak mengetahui artinya dengan benar, sehingga dapat membantu anak berbicara dengan jelas bila terjadi sesuatu yang tidak pantas.

Rina mengingatkan bahwa, "Anak juga perlu diberi penjelasan bahwa mereka memiliki bagian pribadi yang tak boleh dilihat apalagi disentuh semua orang."

"Mengajarkan anak untuk bilang “tidak” pada sentuhan atau aktivitas yang tidak diinginkan pada anak. Tujuannya tentu untuk menghindari pelecehan seksual.

Dia pun mencontohkan, ibu dapat mengajarkan anak untuk menjauh dan mengatakan “tidak” jika merasa tak nyaman saat digelitik atau dipeluk orang lain "Atau oleh lawan jenis baik kakak, om, ayah, kakek," ucapnya.

lebih lanjut ia menyarankan agar orang tua menanamkan budaya malu pada anak-anaknya agar tidak sembarangan mengganti pakaian di tempat terbuka atau tempat umum.

"Selain itu, anak juga perlu diajari bahwa tidak ada orang yang boleh mengambil foto bagian pribadinya. Yang paling penting, orang tua juga perlu membentuk komunikasi yang hangat dengan anak dan senantiasa mengawasi kegiatan anak di luar rumah," imbuhnya. (Cca/*)

Font +
Font -