BONTANG — Wakil Wali (Wawali) Kota Bontang, Agus Haris, menyampaikan pentingnya meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana.
Dia mengatakan masyarakat tidak boleh hanya menganggap bahwa bencana semata-mata datang secara alamiah.
“Jangan (hanya) dikira bencana itu yang (datangnya secara alami) dari alam itu. Atau yang (seperti gunung) meledak itu. Tidak,” ucap Agus Harus kepada awak media, Kamis 11 Desember 2025.
Dia menambahkan, bencana juga datang dari ulah manusia akibat polusi yang ditimbulkan oleh perusahaan.
“Kebencanaan juga (dari) polusi yang harus kita diskusikan juga,” tukas politisi Gerindra itu. “Nah satu orang menghirup (polusi) itu juga bagian dari bencana,” sambung dia tegas.
Pun demikian, Agus Haris mengakui setiap perusahaan yang bertandang di Kota Bontang sudah punya standarisasi. Artinya sudah memiliki Baku Mutu Emisi (BME).
“Sudah ada baku mutu emisinya. Tapi tetap juga kita harus waspada. Harus teman-teman (BPBD) koordinasi ke sana,” pintanya.
Soroti Masalah Banjir
Agus Haris sebelumnya menyampaikan salah satu masalah yang tengah dihadapi di Kota dengan julukan Taman ini adalah banjir.
Tata ruang pembangunan di area permukiman warga dengan bahan baku beton berpotensi besar menghalangi terjadinya resapan air.
Keadaan ini, tandas dia, harus jadi perhatian tersendiri. Mengingat berkurangnya daerah resapan air berpotensi menyebabkan banjir saat musim hujan tiba.
“Di area pesisir, sekarang mungkin 90 persen tertutupi dengan cor-coran,” tandasnya.
Bahkan lebih jauh Agus Haris mengatakan ada sekitar 30 persen daratan Kota Bontang yang terletak di area cekungan rendah dan sempit, yang membuat daerah air resapan menjadi terbatas.
Di samping itu, setiap tahunnya permukiman warga Bontang terus bertambah, dan tentu saja seiring dengan banyaknya bangunan beton mulai berdiri kokoh.
“Walaupun tidak ada kiriman air, tapi kalau hujan dan semua tertutup (air resapan), akhirnya banjir juga,” tuturnya. (Agu)










